06 March 2024

Permainan Tentang Hidup: The Game of Life

Bagaimana jika seluruh perjalanan hidupmu dirangkum dalam sebuah permainan papan atau board game? The Game of Life, atau yang lebih dikenal dengan LIFE, mengajak pemainnya untuk menjalani hidup secara realistis. 

Perjalanannya dimulai dari apakah kita akan kuliah, atau langsung mulai bekerja. Kalau kuliah berarti kita akan berhutang, namun memiliki pilihan karir yang lebih luas. Sementara jika langsung bekerja, kita memiliki pilihan karir terbatas, namun tidak ada hutang yang harus dibayar. Setelah itu kita harus memilih rumah, menikah, punya anak, dan pensiun.

Permainan ini awalnya dibuat pada tahun 1860 oleh Milton Bradley. LIFE yang kita mainkan sekarang adalah versi modernnya, hasil desain dari Reuben Klamer and Bill Markham di tahun 1960. Pemain mengendarai mobil sendirian, mendaki gunung dan melewati lembah. Ketika menikah dan punya anak, penumpang mobil akan bertambah. 

Foto dari Amazon

Jaman sekarang, LIFE punya versi online dan versi aplikasi. Namun, yang saya mainkan bersama Dudu tetap versi board game offline karena lebih seru ketika dimainkan bersama. Apalagi ketika bermain dengan anak-anak remaja seumuran Dudu yang masih belum memulai Game of Life mereka. Bermain game ini mengajarkan bahwa hal tidak terduga bisa terjadi karena saat kita bekerja sesuai passion, gaji kita belum tentu mengikuti. Lalu kita jadi tidak bisa membayar rumah yang diidamkan. Belum lagi ketika mengendarai mobil, kita berhenti di titik “career change” atau “you’re fired” yang mengharuskan kita ganti pekerjaan dan gaji yang diterima. Atau ketika harus membayar sekolah sesuai jumlah anak yang dimiliki. Bisa juga rumah yang kita sudah cicil dan bangun ternyata hancur terkena badai, dan kita harus membangun ulang karena tidak membayar asuransi.

Rasanya seru melihat anak-anak usia remaja dan pra-remaja mulai memikirkan bagaimana membayar pajak. Mereka juga menghitung jumlah anak yang diinginkan karena takut membayar sekolah mahal. Harus menghitung apakah gaji yang dimiliki cukup untuk membayar cicilan rumah, mengembalikan hutang uang kuliah atau membeli saham. Semuanya seperti realita. Namanya juga The Game of Life.

Main Game of Life di rumah

Versi yang saya miliki masih sangat sederhana. Diterbitkan pada tahun 1991. Konon, LIFE yang baru sudah ada adopsi hewan peliharaan, dan versi-versi kolaborasi dengan tokoh populer seperti Hello Kitty, Star Wars, My Little Pony dan lainnya. 

Permainan ini seru untuk dibawa di pertemuan keluarga, terutama jika ada banyak anak remaja dan pra-remaja di acaranya. Orang tua tentunya bisa mendampingi, sambil memberikan petuah dan penjelasan kalau ada pertanyaan tentang perjalanan hidup. Buat orang tuanya gimana? Sekarang rasanya saya lebih mengerti permainan ini setelah melewatinya sendiri di kehidupan nyata, jadi yang bentuknya permainan tetap seru karena tidak memiliki konsekuensi di realita. Kesempatan untuk mengambil keputusan nekat seperti membeli saham, atau mengambil pekerjaan impian tanpa memusingkan gaji.


24 February 2024

Konferensi Perempuan Indonesia dan Akar Permainan Tradisional

Diadakan pada 9 - 11 Februari 2024 di Royal Orchid Garden Hotel and Condominium, Batu, Malang, Jawa Timur, Konferensi Perempuan Indonesia (KPI) offline masih mengangkat tema “Menguatkan Akar Gerakan Perempuan Indonesia”. Mendengar KPI diadakan secara offline tahun ini oleh Ibu Profesional, sebenarnya saya ingin ikut. Namun, karena lokasinya yang cukup jauh dari domisili saya saat ini, dan waktunya yang bertepatan dengan Chinese New Year, saya jadi hanya bisa memantau lewat beritanya. 

Yang membedakan kedua konferensi tentunya adalah pertemuan tatap muka dan sejumlah kegiatan seru yang diadakan di lokasi. Misalnya prosesi SARUNGAN (SAmbutan dan ngeRiUNG awalAN) yang mengawali kegiatan ini, di mana masing-masing peserta mengenakan kain tradisional yang dibawa dari rumah. 

Photo: Warta Jatim

Selain Sarungan, ada banyak kegiatan lain yang mengajak para peserta untuk kembali ke akarnya masing-masing. Sama dengan KPI Online yang diadakan pada 20-22 Desember 2023, ada Forest Walk yang dibuat peserta, bedanya kali ini peserta bisa beneran jalan-jalan melihat peta konsep yang dipajang di papan. 

Sesi Betengan yang dibawakan oleh Pak Dodik Maryanto, Founder dan Inisiator Komunitas Ibu Profesional bersama Istrinya Ibu Septi Peni Wulandari, memberikan pengetahuan sejarah pergerakan perempuan di Indonesia kepada para peserta. Di sesi Bekelan, para peserta mengumpulkan makanan khas daerah masing-masing di sebuah meja panjang sambil saling berkenalan satu dengan yang lainnya. 


Photo: Instagram KPI

Hari kedua, games Sapintrong yang dibawakan Fasilitator sekaligus Ketua Yayasan Ibu Professional, Dzikra Ulya mengajak peserta untuk maju merencanakan masa depan. Lalu diikuti sesi pembelajaran lainnya yang terinspirasi dari permainan tradisional seperti Congklak, Balapan, Galasin, Bakiak dan lain sebagainya. Bukan hanya membawa pulang ilmu, tetapi para peserta juga membawa pulang networking serta relasi baru dari konferensi tersebut. 

Melalui KPI, Ibu Septi mengajak para perempuan Indonesia untuk bersama-sama membangun ekosistem yang sehat melalui akar peran kita sebagai individu, sebagai bagian dari keluarga maupun sebagai anggota komunitas.

Yang menarik dari Konferensi Perempuan Indonesia ini, selain menggunakan permainan tradisional yang tentunya akrab dengan para peserta, peserta juga diajak bertukar layangan di akhir sesi. Kalau biasanya kita bertukar post-it, notes atau surat, sekarang bentuknya layangan. Kenapa layangan? Tentunya agar mimpi dan harapan para perempuan Indonesia ini dapat diterbangkan tinggi ke atas awan.

KPI Offline ini dihadiri oleh 130 peserta dari seluruh Indonesia dan luar negeri. 

Photo: Instagram KPI

Mengintip keseruan acara Konferensi Perempuan Indonesia, saya merasa bahwa pertemuan seperti ini memang diperlukan setidaknya setahun sekali. Kok begitu? Yang biasanya terjadi adalah kita sibuk dengan kegiatan dan gerakan masing-masing, lalu jalan terus tanpa perencanaan yang matang. Padahal, jika mengambil jeda lalu menelaah kembali akar gerakan, kita bisa membuat dampak yang lebih besar. Kenapa harus konferensi offline? Soalnya kalau online, biasanya saya suka tidak fokus. Namanya ibu-ibu kan multitasking ya. Nonton Netflix saja suka disambi kegiatan lain, bisa bahaya kan kalau materinya serius dan saya malah tidak bisa konsentrasi. Nah, kalau offline kan biasanya ponsel masuk tas dan bisa hadir secara penuh di acara.

Melihat jalannya acara yang menggunakan permainan tradisional itu, saya jadi paham kenapa tema itu yang dipilih. Waktu kecil, saya tidak punya gadget. Ponsel pertama saya adalah ketika saya kuliah. Otomatis ketika tumbuh besar, mainan saya adalah bekel, congklak, lompat karet dan layangan. Meskipun katanya layang-layang lebih banyak dimainkan anak laki-laki. Semua permainan ini akrab dalam diri saya, dan merupakan bagian dari akar gerakan saya juga. Seperti yang diingatkan pada KPI Online yang saya ikuti beberapa waktu lalu, untuk mengenali diri sendiri, saya harus banyak berinteraksi dengan diri sendiri. Salah satunya ya lewat permainan itu.

Konferensi Perempuan Indonesia diadakan setiap 2 tahun sekali. Karena terlewat tahun ini, sepertinya saya harus menunggu yang berikutnya diadakan. Semoga lain kali bisa ikutan.


11 February 2024

Pelajaran Menjadi Sempurna dari Doraemon: Nobita's Sky Utopia

Film Doraemon: Nobita's Sky Utopia adalah salah satu tontonan long weekend saya dan Dudu. Film yang sebenarnya ingin disaksikan di bioskop ini malah jadi tontonan rumah di Netflix. 

Salah satu ciri khas film Doraemon adalah adanya pelajaran hidup yang diambil, dengan cerita yang mudah dimengerti anak SD. Sekarang, nonton film Doraemon dengan Dudu yang sudah remaja, kesannya jadi sedikit berbeda. 

gambar diambil dari Youtube

Doraemon: Nobita's Sky Utopia
Durasi: 1 jam 47 menit

Mendengar dari Dekisugi tentang Sky Utopia, di mana semua orang bisa jadi sempurna dan baik hati, Nobita yang baru mendapat nilai nol, payah dalam olahraga dan selalu jadi korban kenakalan Giant, berharap bisa pindah ke sana. Impiannya agar jadi seorang anak sekolah yang sempurna.

Ketika akhirnya geng petualangan Nobita ini sampai di Sky Utopia dan tinggal di sana selama beberapa hari, Giant, Suneo dan Shizuka mulai berubah. Mereka mampu mengerjakan soal hitungan dengan lebih cepat dan tidak lagi kasar pada Nobita. Tetapi Nobita tetap saja payah. Pertengkarannya dengan Doraemon yang disebutnya robot payah, membuat Nobita menyadari bahwa ketidaksempurnaan bukanlah sesuatu yang buruk, jika kesempurnaan membuat kita kehilangan jati diri.

Filmnya bagus?

Menurut Dudu, meskipun message-nya keren, tapi filmnya sendiri kurang menarik. Soalnya penjahatnya langsung ketahuan dan tidak ada character development-nya. Hanya diberikan info sekilas bahwa sosok ini adalah si penjahat dan back story-nya dalam bentuk narasi singkat melalui monolog si penjahat sendiri.

Saya lebih mempermasalahkan ending yang gantung, karena sampai akhir, salesman penjual balon udara yang dibeli Doraemon secara cicilan itu tidak datang menagih hutangnya. Haha. Namun, ada beberapa momen kejutan di filmnya yang membuat ceritanya secara keseluruhan jadi menggugah hati.

Gambar diambil dari netflix

Yang bisa dibawa pulang dari film ini adalah pesan moral bahwa setiap anak itu berbeda. Meskipun terlihat tidak sempurna tetapi keunikan setiap anak inilah yang menjadikan mereka seorang manusia. Kalau semua sama ya jadinya robot dong. Robot saja berbeda-beda. Di sini, saya melihat bahwa meskipun ibunya Nobita selalu marah-marah soal nilai nol, tetapi dia tetap sayang dengan anaknya dan memikirkan anaknya. Begitu juga dengan Giant, Suneo, Shizuka, Nobita dan Doraemon. Meski sering bertengkar dan kasar, namun persahabatan mereka mampu melewati segalanya. Dan masing-masing menyayangi temannya apa adanya.

Jadi, kalau dituntut punya anak sempurna, saya jadi bertanya, kesempurnaan ini standard siapa?


15 January 2024

Oleh-oleh dari Konferensi Perempuan Indonesia 2023

Konferensi Perempuan Indonesia 2023 versi online, yang diselenggarakan oleh Ibu Profesional memang sudah berakhir. Banyak manfaat yang dibawa pulang dari kesempatan menghadiri tema Konferensi Perempuan Indonesia 2023, “Menguatkan Akar Gerakan Perempuan Indonesia,” ini.

Meskipun dilaksanakan secara online, keseruan acara KPI tidak berkurang karena dilaksanakan secara interaktif. Ada tanya jawab dan ada diskusi langsung antar peserta lewat chat dan pengisian peta konsep yang dilakukan secara bertahap setiap selesai acara.

Di bidang pendidikan ada sebanyak 75 peta konsep yang dibuat, lalu di bidang kesehatan ada 33 peta konsep. Selanjutnya di bidang ekonomi ada 16 peta konsep, bidang sosial budaya ada 6 peta konsep, dan di bidang lainnya ada 35 peta konsep yang terkumpul. Saya ada di “bidang lainnya” karena bingung mau menempatkan peta konsep saya yang berhubungan dengan pemberdayaan perempuan khususnya ibu tunggal ini di sebelah mana.



Selain peta konsep, ada juga padlet sinergi, yaitu diskusi dengan sesama peserta yang memiliki peta konsep di bidang yang sama. Bersinergi ini seru karena kita yang ada di dalam kelompok, merencanakan gerakan dan berdiskusi dalam waktu 3 jam saja. Kolaborasi ini menghasilkan 18 aksi yang siap dieksekusi. Meskipun dilaksanakan secara online, ternyata bisa juga membuat sebuah rencana nyata.

14 December 2023

3 Alasan Wajib Ikut Konferensi Perempuan Indonesia 2023

Setahun belakangan ini saya sibuk menjalankan berbagai program pemberdayaan di Single Moms Indonesia. Menikmati tahun pertama beneran fokus di acara komunitas di mana saya jadi relawan itu. Lalu, di penghujung tahun adalah saatnya mengevaluasi. Bersamaan itu, datanglah undangan untuk menghadiri Konferensi Perempuan Indonesia 2023 yang diselenggarakan oleh Ibu Profesional.

Saya pernah ikut konferensi yang diadakan tahunan ini sebelumnya. Waktu itu di tahun 2021, Konferensi Ibu Pembaharu diadakan secara online karena masih dalam masa pandemi. Meskipun online, tetapi karena dilaksanakan secara 3D, jadi serasa ikutan konferensi beneran. Tahun ini konferensinya ada lagi, jadi semangat untuk kembali berpartisipasi. Kenapa? 

  1. Tema-nya keren, yaitu Menguatkan Akar Gerakan Perempuan Indonesia

    Membaca tema Konferensi Perempuan Indonesia 2023, “Menguatkan Akar Gerakan Perempuan Indonesia,” saya jadi mengevaluasi perjalanan saya selama ini di berbagai kegiatan tentang pemberdayaan perempuan. Kembali ke akar berarti adalah sebuah eksplorasi yang tidak hanya menjanjikan penemuan jati diri, namun juga pemahaman yang lebih mendalam tentang kekayaan tradisi, cerita, dan pengalaman yang telah membentuk kehidupan kita.

    Biasanya, karena sudah terlalu heboh dengan daun yang rimbun dan pohon yang tinggi, kita lupa ada akar yang masih harus diberikan pupuk. Kalau akarnya kuat, maka pertumbuhan akan semakin pesat dan tidak tegoyahkan. Untuk itu penting untuk merawat akar yang kita miliki. 

    Ini adalah kesempatan untuk refleksi dengan apa yang sudah dilakukan setahun belakangan. Terutama karena saya pribadi juga aktif di komunitas yang bergerak di pemberdayaan perempuan. Selain itu, acara ini tentunya bisa memberikan inspirasi dan motivasi untuk perempuan agar terus bergerak di tahun selanjutnya.




  2. Soalnya pembicaranya seru!

    Ada banyak narasumber berpengalaman di acara ini misalnya Ibu Guru Kembar dari Sekolah Darurat Kartini, Alimah Fauzan dari Komunitas Perempuan Berkisah, Mawar Firdausi yang seorang penulis buku Parenting, dan lainnya. Membaca daftar nama pembicara dan fasilitator yang akan hadir tentunya menambah alasan untuk tidak melewatkan acara Konferensi Perempuan Indonesia 2023 ini.

    Tentu saja ada Founder Ibu Profesional, Septi Peni Wulandari yang kehadiran dan sharingnya selalu saya tunggu. Sebagai peserta Kelas Literasi Ibu Profesional di dua tahun terakhir, saya menantikan bisa mendengar Ibu Founder bicara langsung.

    Buat yang belum kenal, Ibu Profesional adalah komunitas para Ibu dan calon ibu yang ingin meningkatkan kualitas diri sebagai seorang perempuan, seorang istri dan seorang ibu. Berdiri sejak 2011, komunitas ini memiliki banyak program. Salah satunya adalah KLIP alias kelas literasi di mana saya bisa menuangkan passion saya di bidang menulis. 


  3. Ada dua jenis kegiatan: Offline dan Online

    Ada yang berbeda dengan pelaksanaan konferensi-konferensi sebelumnya, event akbar untuk perempuan ini digelar secara online dan offline di dua waktu dan tempat yang berbeda. Event online akan dilaksanakan pada tanggal 20-22 Desember 2023. Sementara event offline-nya akan dilaksanakan pada 9-11 Februari 2024 di Royal Orchid Garden Hotel and Condominium, Batu, Malang Jawa Timur.
Daftarnya gimana? Cukup klik link ini dan ikuti petunjuknya. Untuk yang mau ikutan konferensi secara offline, bisa lho sekalian liburan keluarga. 

Wah, pasti seru nih. Selain bertemu narasumber keren, dapat insight bermanfaat, tentunya kita juga bisa berjejaring dengan peserta lainnya. Membangun networking ini penting untuk meningkatkan kompetensi diri dan terus berkarya di bidang pemberdayaan perempuan Indonesia.

25 October 2023

Inilah Kenapa Blogging Masih Relevan di 2024

Di tengah maraknya video pendek dan trend media sosial yang lebih visual, saya masih setia sama yang namanya blogging. Alasan sebenarnya sih karena saya lebih suka membaca daripada menonton. Jadi saya lebih suka menulis daripada membuat video. Menonton itu mengikuti waktu si pembuat video. Membaca bisa disesuaikan dengan kecepatan kita. Intinya mungkin karena saya tidak suka diatur.

Jadi blogging masih relevan. Setidaknya untuk saya.


Yang akan berubah di 2024 adalah kepergian Dudu kuliah ke luar negeri yang berarti saya bakalan tidak punya bahan untuk blogging. Yang ada sepertinya blog ini akan semakin jarang update. Yah, setidaknya saya masih bisa menuliskan beberapa cerita yang belum sempat ditulis, atau laporan event yang saya hadiri. Sisanya akan ada di beberapa blog berbeda. Rasanya di 2024, blog saya yang update adalah yang akan lebih banyak berisi opini, keluh kesah dan cerita curhatan yang disamarkan. 


Eh, blog yang mana tuh ya? Hahahaha.



Oh iya, tanggal 27 Oktober besok adalah Hari Blogger Nasional. Sejarahnya berawal dari tahun 2007, ketika itu Menteri Komunikasi dan Informatika dijabat oleh M. Nuh. Nama Menteri yang termasuk pendek dan mudah dihafal. Sayangnya saya sudah jauh lulus dari SMA dan tidak menghafalkan nama menteri kabinet lagi hehe. Awalnya adalah Pesta Blogger, yaitu acara yang diselenggarakan untuk mewadahi para blogger. Namun oleh bapak Menteri, hari tersebut dicanangkan menjadi Hari Blogger Nasional. 


Enam belas tahun kemudian, kita masih merayakan Hari Blogger Nasional. Hopefully, tahun depan juga masih. Soalnya saya masih mau mencantumkan status “blogger” di profile media sosial saya.

23 October 2023

Terus Menulis Biar Tetap Waras

Kalau minta nasihat ke saya bagaimana menjaga kesehatan mental, kemungkinan besar saya akan menyuruh menulis. Beberapa riset menyebutkan bahwa menulis memberikan dampak baik bagi otak, dan bisa jadi terapi yang terjangkau. Tapi tulisan saya jelek. Saya bukan penulis. Tata bahasa saya berantakan. Eits, menulis untuk kesehatan mental tidak perlu memikirkan apakah tulisan kita jelek atau terlalu personal. Kan, pembacanya hanya kita sendiri.

Pernah dengar tentang expressive writing, yang sering digunakan untuk healing? Menulis tentang pengalaman yang membuat kita stress dalam periode waktu tertentu. Mengungkapkan perasaan dalam bentuk tulisan, seperti menulis diary, dalam jangka waktu tertentu yang berpotensi dapat membantu proses healing.

Tapi saya tidak bisa menulis. Mulai dari mana? 

Ada beberapa cara buat memotivasi kita untuk menulis. Terutama buat yang butuh dorongan lebih untuk menuangkan perasaannya dalam bentuk tulisan.

Ikut challenge menulis. 

Apa itu challenge menulis? Secara umum ini adalah tantangan buat kita ikuti agar menulis setiap hari. Mirip seperti upload IG kompakan, atau challenge lari di aplikasi olahraga. 

Ada dua keuntungan mengikuti challenge menulis. Yang pertama adalah adanya tema. Di challenge menulis, kita bersama-sama menulis sesuai tema yang ditentukan setiap harinya. Ini bisa membantu kita di kala stuck, tidak tahu menulis apa karena sudah ada promptnya. Maka dari itu penting untuk memilih challenge menulis yang sesuai dengan interest dan kesanggupan kita sehari-hari. Saya kemarin iseng-iseng mengikuti challenge menulis fiksi 15 hari dan akhirnya stress sendiri karena tidak bisa menulis cinta-cintaan. Padahal sudah sampai bikin IG baru khusus untuk ikutan challenge tersebut. Haha. Karena pada dasarnya saya adalah penulis non-fiksi, ya saya akhirnya kembali ke jalur awal, mengikuti challenge di blog (bukan IG) dengan tema-tema yang lebih dekat dengan kehidupan saya.

Itu pun saya masih struggling karena ada beberapa tema yang benar-benar tidak bisa saya tulis. Lalu gimana? Well, ini kan menulis untuk kesehatan mental, jadi ya ditulis saja sebisanya.

Lalu keuntungan kedua adalah adanya teman. Sesama peserta challenge yang saling menyemangati. Kalau di IG biasanya ada comment dan likes, kalau di blog biasanya lewat blogwalking atau satu Whatsapp group khusus di mana kita bisa share linknya. Jadi saya tidak merasa menulis sendirian dan jadi terpacu untuk melanjutkan ketika teman-teman sudah mulai ngelist. Mau malas jadi malu. Tidak ada alasan untuk stuck karena ada teman-teman seperjuangan yang terus maju.

22 October 2023

Pentingnya Support System Bagi Blogger Pemula

Ketika dulu saya mulai blogging, saya tidak memikirkan yang namanya SEO, Domain Authority, pembacanya siapa dan segala macam hal yang sepertinya sering jadi requirement untuk blog masa kini. Soalnya tujuannya hanya mengupdate kehidupan duduk ke keluarga yang jaraknya jauh. Awal mula ngeblog bener-bener karena malas mengupdate keluarga satu persatu dan banyak juga yang tidak buka email. Whatsapp baru muncul tahun 2009. Sementara Dudu lahir tahun 2006. Jadi ada sekitar 3 tahun di mana Saya tidak tahu bagaimana mengupdate perjalanan saya dan Dudu kepada keluarga. 

Waktu itu hp-nya masih Nokia 3310 yang cuma bisa main game snake aja. 

Halo Mama, Nokia-nya nggak bisa dipake ngetik blog.

Support system pertama adalah tools dan teknologi yang tersedia. 

Saya mulai blogging serius ketika Dudu lahir. Waktu itu tahun 2006. Sebelumnya, saya menulis blog buat iseng-iseng. Kalau diintip lagi blog yang galau itu sepertinya sudah dari awal tahun 2000an. Haha. Malu ah, membacanya. Support System yang pertama tentu saja internet yang memadai di negara tempat saya kuliah. Adanya laptop dan kamera yang bisa memuat foto membantu saya membuat semacam Buku Harian online. 

Namanya blog kan adanya di dunia maya, tentunya harus ada teknologi yang support. 

Setelah saya pulang ke Indonesia, dan memulai profesi sebagai jurnalis, blog saya mulai terbengkalai. Selain karena si support system yang berubah, alias internet yang terbatas plus gadget yang sudah mulai lelah karena menemani saya sejak kuliah, saya juga mulai bekerja full-time. Waktu mulai tersita. Apalagi bekerjanya juga sebagai jurnalis yang ujung-ujungnya menulis. Pas mau ngeblog, energi sudah habis. 

Support system yang kedua ini tidak kalah pentingnya: Komunitas. 

Energi yang habis ini terselamatkan dengan teman-teman seperjuangan. Bergabung ke komunitas, kenalan dengan blogger lain, ikut hadir di event dan belajar blogging lebih serius, membuat saya semangat lagi. Karena jadi ada a sense of belonging. Punya teman sesama blogger bisa ngobrol, tukar pikiran, dan saling menyemangati kalau sedang stuck adalah sebuah anugerah tersendiri. Belum lagi kalau dapat kesempatan ikut kelas belajar SEO, belajar menulis dengan baik, dan bagaimana memonetisasi blog. Saya merasa tidak menulis sendirian, dan senang bisa bertemu teman yang punya hobi serupa. 

Dari komunitas yang saya ikuti ini, saya juga bisa dapat job. Tidak selalu berupa uang, tetapi juga kesempatan hadir di premier film atau dikirimkan produk untuk dicoba duluan. Dapat undangan acara penting dan jadi merasa dihargai. Akhirnya blog yang saya miliki bisa menghasilkan sesuatu, meskipun terbatas karena alamatnya yang tidak top level domain alias TLD. Habis bagaimana tujuan saya ngeblog kan bukan untuk komersil. Tetapi lebih ke personal branding, dan bercerita tentang pengalaman saya bersama anak saya. 

Sini Ma, saya bantu ketikin blognya

Yang paling penting, ya support system ketiga: Dudu. 

Tentunya support System yang paling utama adalah anak saya, Dudu. Yang adventure-nya saya tulis sebagai cerita utama di blog saya. Ketika dia sudah mulai bisa diajak diskusi, saya bahkan meminta dia untuk Menuliskan beberapa hal di dalam blog atau mencantumkan obrolan kita sebagai tulisan. Dari dulu Dudu bayi hingga sekarang sudah remaja, siap berangkat kuliah tahun depan.

Kalau Dudu sudah kuliah, bagaimana dengan nasib blog ini? Nah ini yang sebenarnya belum saya pikirkan. Tapi yang namanya petualangan jadi ibu tentunya tidak berhenti sampai di sini kan?

Kenapa support system ini penting? 

Jawaban singkatnya ya karena kita jadi tidak merasa sendirian. Dan ini bisa dikembangkan ke mana-mana. Dilansir dari website verywellmind, ada 4 tipe support system: emotional, esteem, informational dan tangible. 

Emotional support memberikan pelukan atau telinga untuk mendengar keluh kesah. Sementara Esteem support ini yang memberikan afirmasi bahwa kita mampu mengerjakan sesuatu. Yang membuat kita jadi lebih pede blogging. Informational support memberikan fakta, informasi atau guide yang kita butuhkan tentang satu subjek tertentu. Tangible support ini adalah tindakan nyata, yang kalau dicontohkan bisa seperti menawarkan jasa babysitting sementara saya menulis. 

Kalau dilihat cerita support system saya sebagai blogger di atas, Dudu adalah emotional support saya. Yang ada dan memberikan semangat untuk terus ngeblog melalui adventure yang kita jalani berdua. Teknologi jadi informational support saya dengan memberikan banyak jawaban dan fasilitas untuk ngeblog. Esteem dan tangible ya jelas komunitas. Dapat feedback, dapat semangat. Dapat blog walking juga. Tangible karena support nyata yang didapat bisa juga berupa job maupun fasilitas untuk belajar lagi. 

Image by Freepik

Bagaimana kita bisa jadi support sistem yang baik? 

Lebih dari satu dekade kemudian, giliran saya yang jadi support system teman-teman yang baru mulai ngeblog. Kalau dulu saya yang banyak dibantu sekarang saya ingin membantu teman-teman yang mau mencoba blogging. 

Kan caranya tinggal Googling? Zaman sekarang memang lebih enak sih semuanya bisa dicari di mesin penelusur. Tinggal buka website, cari di Google bagaimana cara blogging. Tapi buat blogger pemula atau yang benar-benar tidak tahu mau mulai dari mana, adanya teman yang bisa membantu step by step dari awal bisa mendorong mereka untuk beneran punya blog. Tugas saya sebagai support system, biasanya hanya menjawab pertanyaan. 

Mending nulis di blogspot atau di Wordpress? 
Eh ini tuh kayak diary ya? Ada gemboknya? 
Biasanya lu nulis blog berapa panjang sih? 
Fotonya diedit dulu nggak? 
Kalau gue ngeblok dari handphone, bisa nggak? 
Dan sejuta pertanyaan lainnya. 

Terdengar remeh memang, dan benar semuanya ada di Google. Tapi sama seperti dulu saya mendapatkan jawaban dari kelas-kelas yang saya ikuti, ada yang mengarahkan ini membuat kita lebih semangat blogging. Untuk menjadi seorang blogger kita butuh support system. 

Apa yang bisa kita berikan sebagai seorang support system? 

Karena saya tidak punya cukup uang untuk membelikan gadget, atau menjadi inspirasi tulisan si teman, ya saya berperan sebagai 'komunitas' untuk mereka yang baru mulai menulis. Dengan cara berbagi apa yang saya punya. 

  • Berbagi pengetahuan tentang blogging. Pakai platform apa? Menulisnya bagaimana? Apa yang harus ditulis? Bagaimana cara pasang foto? Dan lain sebagainya. 
  • Teman brainstorming. Kadang kalau mentok, ngobrol dengan sesama blogger bisa membuat kita punya ide cemerlang. Buat blogger pemula, yang nulisnya masih setengah-setengah, punya teman yang meng-accourage dia untuk menulis bisa membuatnya lebih konsisten. 
  • Fans nomor 1. Biasanya yang memulai blogging tidak pede sama tulisannya sendiri. Kita sebagai teman yang baik bisa menyediakan waktu untuk mampir ke blognya membaca dan memberikan feedback atas tulisannya. 
  • Pengingat bahwa blog harus diupdate. Yah meskipun ini kembali lagi ke manusianya masing-masing, Apakah mau konsisten blogging atau hanya sekedar mengikuti tren saja. Yang penting tugas saya adalah sesekali mengingatkan "eh blognya udah di-update lagi belum?" 

Baik sebagai ibu, maupun sebagai blogger, support system ini penting. Apalagi sebagai ibu-ibu ngeblog. Harusnya support system kita bisa dikali dua ya. Hahaha