24 December 2014

Night at The Museum: The Secret of The Tomb

Di tengah banyaknya film anak saat ini... mulai dari Doraemon, Penguin of Madagascar dan Big Hero 6, saya pergi nonton Night At The Museum: Secret of The Tomb bersama Dudu. Lho kok malah nonton itu?

"Why don't you take pictures, It'll last longer?" ~ Jedidiah

Selain karena dapat undangan premier, juga karena Dudu ini fans berat seri Night at The Museum. Tiap nongol di TV swasta dia selalu nonton. Dibelain meskipun ngantuk. Jadilah kita nonton yang ini juga.

Filmnya bagus?

Ceritanya Larry dan perwakilan penghuni museum pergi ke London untuk mengungkap rahasia Tablet ajaib yang mulai karatan. Di London mereka bertemu Sir Lancelot, penghuni museum London tempat orang tua Akhmenkrah tinggal, dan berpetualang bersama di museum yang baru pertama kali "hidup" karena kedatangan tablet ajaib.

Jangan bandingan dengan Doraemon yang menggugah (meskipun iklannya agak misleading) dan Big Hero 6 yang budget promosinya besar. Film ini jadi terasa sederhana karena jalan ceritanya simpel, karakternya yang berulang dan tidak ada yang wah dari setting serta efeknya. Sejujurnya masih bagusan 2 film pertamanya. Yang ini, meskipun banyak adegan yang bikin ketawa, tapi semuanya terlalu singkat. Terkesan diburu-buru dan dipaksa jadi sesuatu yang "fresh". There's lacking of intense conflict here. Kurang wah gitu.

Lha, terus kenapa film ini jadi ditonton juga?

1. Soalnya film ini mengajarkan persahabatan dengan perbedaan yang tidak bisa lebih extreme lagi dan dengan hubungan yang tidak bisa lebih simple lagi: cuma karena mereka stuck di satu museum yang sama.

2. Ini film ada Robin Williamsnya -- and for the fans, tentu saja wajib nonton.

3. Meskipun happy ending, ada satu pelajaran tentang letting go yang kayaknya wajib disadari semua orang. Terutama quotesnya si Teddy yg "Smile, because it's sunrise". Belajar keluar dari comfort zone dan ikhlas menonton hasil jerih payah itu dari pinggir lapangan. Sometimes you work hard just to give magic to other people.

Intinya sih, meski film ini jadi biasa saja di tengah film anak-anak lainnya, tapi saya kangen film begini, yang mengulas hubungan antara orang tua dan anak. Konfliknya juga tidak terlalu intens, jadi ngga pake mikir dan stress nontonnya. Kalo Dudu sih jangan ditanya. Dari awal sudah heboh berat.

Tapi pelajaran pertama yang saya berikan pada Dudu dari nonton film ini adalah... "Kalau sudah besar dan lulus SMA, kamu jangan minta jadi DJ di Ibiza ya."

Trus Dudu cuma bengong menatap si Mama sambil ganti tanya "Ma, cerai itu apa? Kenapa si Larry Daley cerai sama istrinya..." Jadi panjang deh.

Night of The Museum: Secret of The Tomb is a great way of saying goodbye.

07 December 2014

Doraemon Stand By Me

Thanks to XYKids dan NatGeo Kids Indonesia, #Datewithdudu kali ini seru banged karena dimeriahkan oleh Doraemon. Yup, minggu ini Mama dan Dudu pergi nonton film Doraemon Stand By Me di Blitz Megaplex.

Nobar dapat kipas Dora ini. Lucu banget!
Doraemon Stand By Me adalah film yang sudah ditunggu banyak penggemarnya. Diiklankan sebagai "film terakhir Doraemon", ceritanya sendiri merupakan gabungan dari apa yang ada di komiknya. Buat saya yang sudah membaca Doraemon Dari SD, film ini merangkum perkenalan saya dengan Doraemon hingga sekarang Doraemon mengenal Dudu juga. So, buat yang fans berat, jangan heran kalau jalan cerita dan ending Stand By Me ini sangat sangat familiar.




Sinopsis
Alkisah Sewashi, buyut Nobita dari abad ke 22, datang ke masa lalu dengan membawa robot bernama Doraemon untuk mengubah nasibnya. Nobita yang sangat payah dalam segala hal membuat keluarga dan keturunannya menjadi miskin. Doraemon dikirim untuk membantu Nobita mendapatkan masa depan yang lebih baik, dan tidak menikah dngan Jaiko. Doraemon, yang awalnya membantu Nobita dengan ogah-ogahan, diprogram oleh Sewashi agar tidak bisa kembali ke abad 22 sebelum Nobita merasa bahagia dan mengubah masa depan. Berhasilkah Doraemon? Apa yang terjadi kalau misinya sudah berhasil?

Arti 'Stand By Me' buat kita
Saya selalu skeptik dengan cerita yang diangkat ke film. Mulai Dari Sherlock Holmes, Twilight, Harry Potter sampai Jack Reacher dan Black Butler semuanya tidak memuaskan. Tapi Doraemon Stand By Me berbeda. Meskipun merupakan rajutan beberapa kisah yang sudah berulang kali dibaca di komik, film ini mampu menyajikan alur cerita yang bagus dan tidak membosankan. Kerennya lagi, cerita yang di komik biasa saja di film ini jadi menggugah banget. Mungkin pengaruh soundtrack juga.

Dudu sudah super heboh. Awalnya menolak nonton karena takut ceritanya sedih, tapi begitu dapat tiket jadi semangat nonton. "Lebih enak nonton film soalnya ngga perlu baca di komiknya. Kalo di komik ceritanya kan lompat-lompat." Kalo ditanya adegan favorite dia paling suka pas terakhir, saat Nobita balas dendam pada Giant dengan mendatangkan ibunya Giant. Selebihnya jadi spoiler jadi ngga cerita di sini ah, biar nonton dulu aja.



Buat saya film ini mengajarkan seseorang untuk tidak mudah menyerah. Nobita yang segitu payahnya saja bisa mendapatkan Shizuka, meskipun dengan bantuan Doraemon. Quotes favorit saya ada dari (1)Dekisugi yang bilang bahwa dia akan memperjuangkan cinta Shizuka tanpa menggunakan alat... dari (2) Papanya Shizuka yang bilang bahwa Nobita itu orang baik, karena meskipun dia bukan sosok yang menonjol, dia bisa merasakan kesedihan dan kesenangan orang lain dan (3) Nobita Dewasa yang bilang terima kasih sudah percaya padaku... yang berarti kita harus percaya pada diri sendiri, karena kalau kita tidak percaya, siapa lagi yang akan percaya?

Jangan langsung beranjak dari tempat duduk waktu film sudah selesai ya. Soalnya ada behind the scene yang dijamin bikin ngakak.

Mau nonton gratis (Dan duluan) kayak kita? Rajin-rajin mampir ke xykids.kidnesia.com dong. Hehehe.

01 December 2014

#DibalikSecangkirKopi

“If you're a cappuccino drinker, you're probably creative, and if you take your coffee black, you're likely very straightforward” – Time Magazine

It takes two to coffee
Hidup itu sudah manis, makanya saya minum kopi pahit.

Jawaban template (yang kadang terucap dengan nada jutek kadang nada bercanda) setiap ada yang tanya, cukup membuat lawan bicara mengrenyitkan dahi melihat warna hitam pekat di cangkir saya. Kopi hitam sudah jadi trademark saya. Setiap pindah kantor, semua orang selalu ingat saya sebagai pencinta kopi hitam yang tidak pernah memasukkan gula ataupun creamer ke adonan kopi di pantry. Hadiah ulang tahun saya kopi. Mama kalau membelikan saya “oleh-oleh” dari supermarket juga kopi. Bahkan sekarang setiap weekend, anak saya selalu membuatkan saya kopi di pagi hari.

So, apa arti kopi buat saya?

Kopi itu seperti teman, yang diam-diam memberikan support tanpa bertanya. Kalau kita ngantuk dia yang bangunkan, kalau dia suntuk dia yang segarkan. Kalau kehidupan kita terlalu manis dan kita keenakan, dia yang ‘menegur’ lewat pahitnya rasa kopi hitam.

Filosofis banget ya?


=============
Tulisan ini diikutkan Kompetisi Tulisan Pendek #DibalikSecangkirKopi

25 November 2014

Nostalgia Apel dan Cerita Monopoli Selecta

Memilih destinasi impian itu sulit. Karena partner travelling saya sudah pasti seorang zombie-shooter usia 8 tahun yang hiking naik Candi Gedong Songo pun bawa gembolan berisi pedang. Just in case diserang musuh. Dan biasanya, saya dan si travel partner ini berantem karena beda tujuan. Saya suka ke gunung dia mau ke laut. Sama juga dengan blog post kali ini, pake debat duluan. 

*buka Traveloka buat cari tiket murah.*

Dudu: (sebenarnya mau pinjam laptop buat main game – tapi liat halaman depan Traveloka jadi ganti focus) Hore naik pesawat terbang!
Mama: Kita mau liburan ke mana Du?
Dudu: Singapore!
Mama: Ogah ah, yang di Indonesia aja.
Dudu: Pulau Komodo… (lalu dia mulai bergaya menembak komodo).
Mama: Anak-anak ngga boleh ke Pulau Komodo. Kita ke gunung aja. Ke Malang yuk.
Dudu: Di Malang ada apa?
Mama: Ada apa ya? Terakhir kali sih kita ke Malang cuma ke kebun apel… setelah gagal ke Taman Safari yang itu tuh.

Dudu ngga inget. Ya iyalah, waktu itu dia masih kecil banget. Tapi kalau ditunjukin foto yang lagi petik apel ini dia tiba-tiba semangat.


Memetik apel - yang boleh dipetik hanya 2 buah lho.
Jadi, ada apa di Malang?

Kata adik saya ada Pulau Sempu
Pulau Sempu terletak di selatan Jawa dan konon lautnya bagus banget. Semuanya masih belum dirusak oleh manusia. Karena merupakan Cagar Alam, pulau ini sebenarnya tidak boleh dikunjungi untuk tujuan wisata, namun akhir-akhir ini saya sering melihat foto-foto Instagram dan cerita dari Pulau Sempu. Selain Sempu, sebenarnya ada Wana Wisata Sendang Biru yang memang terbuka untuk turis. Ya pokoknya kita ke situ deh.

Papa-Mama saya nyuruh ke Bromo
Bromo banyak menyimpan kenangan masa kecil. Kenangan ngantuk-ngantuk dibangunin subuh untuk naik mobil dan melihat matahari terbit sambil kedinginan bersama kedua adik saya yang masih kecil. Tapi seru. Udaranya dari dingin banget jadi panas banget begitu mataharinya muncul, dan ngantuk langsung hilang semua. Anak saya yang suka adventure (dan bangun pagi) ini pasti excited untuk berkunjung ke Gunung Bromo.

Bos saya di kantor yang kebetulan istrinya dari Malang bilang kalau sama anak itu wajib ke Batu Secret Zoo dan Jatim Park.
Well, I heard a lot about Batu Secret Zoo. Kebun binatang modern yang terletak di Jatim Park 2 ini disebut-sebut sebagai kebun binatang ramah anak. Meskipun ada yang complain kalau kandangnya kurang manusiawi dibandingkan kebun binatang pada umumnya. Saya dan Andrew paling suka mengunjungi kebun binatang dan taman safari. Jadi tepat rasanya jika kita mampir ke sini, sekalian merasakan udara Batu yang dingin.

Tapi yang bikin saya penasaran itu Selecta. Kenapa? Soalnya ada di Monopoli hahaha. 
Selecta yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda di tahun 1930an ini ada waterpark dan ada taman bunga plus bonus kebun sayur. Sesuatu yang jarang ditemui di Indonesia. Penasaran kan?

Kolam Renang Selecta - photo:Malang-guidance.com
Kolam Renang Selecta (photo: Malang Guidance)
Mau bawa pulang apa?
Dudu: Apel yang sudah dipetik. Apel malanglagi… Apel kan buah kesukaan aku.
(maksudnya dia apel manalagi)
Mama: Yaelah, masa cuma itu?
Dudu: Habis apa dong?
Mama: Keripik Singkong lumba-lumba
Dudu: Yaelah, masa cuma itu? Keripik singkong kan di toko snack banyak.
Eaaa ini anak berani membalikkan omongan si Mama sambil ketawa-ketawa lagi.

Monster bermata apel - Dudu dari kecil sudah senang monster
Anyway, kali ini kita sudah sepakat mau ke Malang. Paling ngga, gunung ada, laut juga ada. Semoga beneran kesampaian dan bisa pulang bawa cerita dan postingan blog untuk dibagi ke semuanya. Kan ada peribahasa: Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.

Hahahahaha...

Yuk balik ngecek harga tiketnya di Traveloka. 

20 November 2014

First Visit: Shopping At Loka

Penasaran karena iklan, akhirnya saya dan Dudu menyempatkan diri nge-date di Loka. Apaan sih Loka? Pertama dengar namanya, kok mirip realm yang ada di Buddhism. Ternyata Loka itu nama sebuah supermarket.


Ada yang ngefans berat sama dorongan di Loka
Loka mengingatkan saya pada Western countries like America or Australia. Why? Because the supermarket brings an open cashier and a fun ambiance. I can imagine finding one of those in Santa Monica 3rd Street Promenade. But this one is much closer… Cuma di Alam Sutera, di Flavor Bliss. This is why we love Loka…


Mainan roti bohongan di depan aisle makanan tradisional
  1. “Bisa pilih warna dorongan, Ma!” Begitu masuk Loka, si Andrew langsung mengambil warna hijau favoritnya. Buat anak-anak balita ada dorongan yang lebih kecil, bahkan ada kasir untuk anak-anak. 
  2. Buahnya segar dan bagus-bagus banget. But jangan bandingkan harganya dengan pasar tradisional ya.
  3. Barang-barangnya cukup lengkap. Favorit saya adalah di deretan camilan khas Indonesia, yang ada mulai dari Rendang Uda Gembul sampai Chocodot Anti Galau.
  4. Mbak kasirnya ramah dan menjelaskan promo dengan baik. Sayang rumah saya jauh, kalau tidak pasti sering ke sini.
  5. "Wow! It’s wide!” Andrew (dan anak-anak lain) bisa mendorong trolley tanpa takut akan menabrak rak. Jarak Antara satu rak dengan yang lainnya cukup lebar jadi enak browsingnya. Plus, tinggi raknya juga tidak lebay kayak supermarket lain, jadi pas banget buat anak-anak.
But the best thing is the Bakerhood bakery and Philocofee café. Meskipun coffeenya biasa aja – well, you can find it anywhere, tapi bukan berarti tidak enak. Kalau saya sih sudah pasti lebih menomorsatukan suasananya. Apalagi kalau di luar hujan dan sejuk. Whoa, bisa betah seharian di sini. Coba ada dekat rumah ya.
Habis belanja wajib mampir di sini
Kalau dengar iklannya di radio, supermarket ini cukup sering bikin acara anak-anak dan keluarga. Schedulenya ada di web resmi Loka. Tapi weekend itu sedang tidak ada apa-apa. Tetap sih, saya senang sekali sama supermarket yang satu ini. 

Let’s go back to shop and drink more coffee.




LOKA Indonesia is located at Flavor Bliss

Kawasan The Flavor Bliss 2
FB2 No: 18B, 19, 20, 21, 22
Alam Sutera, Serpong
Phone: 021-29005141

LOKA Opening Time:

Sunday-Saturday, 8AM-10PM

Bakerhood & Philocoffee Opening Time:

Monday-Friday, 8AM-10PM
Saturday, 7AM-12AM
Sunday/ Public Holiday, 7AM-10PM

17 November 2014

Sharing Life with Soya

Gara-gara kebagian menulis tentang soya untuk satu portal kesehatan, saya jadi antusias 'belajar' tentang soya alias kacang kedelai. Lalu satu merk minyak goreng muncul di timeline saya dan memperkenalkan "happy soya culture". Wah kebetulan... Jadi pengen blogging tentang soya.


Photo Courtesy of Freeimages
Soya yang saya kenal ada di Tempe, tahu, kecap dan susu. Karena saya bukan peminum susu sapi, mostly karena ngga suka rasanya, susu soya adalah pilihan utama saya untuk asupan kalsium dari susu. Waktu Hamil juga saya banyak mengkonsumsi soya.
Tapi selain kalsium, apa lagi sih manfaat soya?
  1. Mengandung Asam Oleat yang dapat menurunkan kolesterol jahat dan mengurangi resiko penyakit jantung
  2. Mencegah kanker
  3. Mencegah osteoporosis karena kandungan kalsium, zat besi, seng dan asam folat.
  4. Baik untuk penderita diabetes dan sakit ginjal
Tapi kok manfaatnya lebih buat ibu-ibu dan orang tua ya?
Jadi penasaran, kalau buat anak kecil kayak Dudu, apa ya gunanya soya oil ini?

Ada penelitian yang mengatakan bahwa soybean oil ini efektif untuk mencegah gigitan nyamuk. Lalu ada yg bilang mengkonsumsi soya baik untuk pencernaan anak karena kaya akan kandungan serat dan dapat menurunkan resiko diare.

In general, soy bean oil ini sehat karena kandungan saturated oil (ini terjemahannya lemak jenuh ya?) yang rendah sehingga tidak menambah lemak jahat saat dikonsumsi. Selain itu, minyak soya juga netral, yang berarti tidak akan merusak rasa masakan kita saat digunakan untuk memasak.

Sudah tahu manfaatnya berarti boleh dong dicoba memperkenalkan soya dalam kehidupan sehari-hari? So, this is how I start a soya culture:
  1. Sedia susu soya di rumah atau di kantor. Meski ngga tiap hari minum Karena saya memang bukan peminum susu. Beda dengan Anak saya si Dudu yang bisa sehari 3 kali. Buat Dudu, saya selipkan susu soya sekali-sekali. Katanya bagus untuk meperkenalkan anak dengan rasa yang baru tanpa mempertaruhkan kebutuhan kalsiumnya.
  2. Pakai minyak yg terbuat dari kedelai, seperti Happy Soya Oil, untuk menggoreng ataupun memanggang kue. Waktu pertama mendengar tentang soya oil, saya jadi penasaran. Sampe mampir ke supermarket untuk beneran membandingkan nutrition fact (dan harga tentunya). Ternyata soya oil tidak semahal yang saya kira dan worth it untuk dipakai di rumah sebagai pengganti minyak yang ada sekarang. (Kalau kata Dudu ini minyaknya bikin kita senang karena namanya "Happy" - ya kalo kita sehat pasti kita senang sih).
    Informasi nilai gizi Happy Soya Oil
  3. Memperkenalkan Dudu sama tahu dan tempe. Dudu yang ngefans berat sama nasi uduk lele biasanya keberatan mencoba tahu tempe. Kadang-kadang tanpa sepengetahuan dia, saya sering menyelipkan tahu dan tempe ke dalam makanannya. Meskipun protes, saya selalu bilang bahwa kacang kedelai ini baik untuk kesehatan.
Tapi sekarang dia lebih pintar. Begitu tahu tentang soya oil ini dia bilang, "kalo gitu lele goreng kesukan aku juga sehat dong, Ma. Kan digoreng minyak soya. Ga usah tambah tahu ya."
Jangan mau kalah sama anak kecil hehehe
Iya juga sih ya.
Jangan mau kalah sama Dudu yg goreng lele pake minyak soya. Start your soya culture today!


Photo courtesy of Happy Soya Oil

12 November 2014

Life with Lenovo

A little late welcome posting untuk tablet perdana dalam hidup saya.

Sejak ada Lenovo A7-50 A3500 ini hidup saya berubah. Jika dulu saya benci menunggu, terutama jika sedang menanti busway, sekarang menunggu berarti extra menit untuk maintain web saya di Pfenix Lomba Anak atau ya ini, blogging.

Apps blogger adalah salah satu yang pertama kali saya download di tablet ini. Dan meski saya  tidak upload gambar dari Lenovo (karena repot pindahinnya dari kamera), kebanyakan saya nulis postingan di tablet lalu baru pindah desktop ketika akan padang gambar. Begitu urusan layout dan foto baru pindah ke laptop. Soalnya Lenovo ini hadiah lomba blogging, makanya fungsi utamanya juga buat blogging.

Blogging sambil nunggu Dudu selesai nonton
So, apa enaknya pakai Lenovo Tablet? Yang terpenting buat saya adalah keyboard. Why? Soalnya saya punya jari ngga bersahabat sama touchscreen. Kalo kata orang jarinya jempol semua. Keyboard di Lenovo yang besarnya 7 inch ini lebih dari mumpuni. Buat saya pas, buat anak saya si Dudu juga oke. Belum lagi fitur autocorrectnya bisa toleransi. Maksudnya, kalau kita menulis dalam Bahasa Indonesia, lalu di-auto correct, kita tinggal mengklik kata tersebut dan kata awal yang kita ketik akan ada di word suggestion di bawah. Jadi ngga perlu ketik ulang atau pakai backspace Selain keyboard, ukuran si tablet juga pas, bisa masuk tas saya yang super kecil itu. Buat main game juga asyik (yang ini kata Dudu).

Jangan-jangan begitu saya lengah dia download minecraft di sini...

Lenovo is officially a member to my office desk as well
Batrenya tahan lama. Biasanya saya tahan 2 hari ngga charging. Memang ngga dipake terus-terusan sih, tapi kan tetap sering diintip karena harus update lomba. Kalau dipakai main game terus-terusan ya habis juga deh.

Kalau ditanya downside, saya pasti jawab kamera. Bukan karena kamera Lenovo ini jelek (kameranya standard 5MP), tapi karena saya kebiasaan foto pake kamera pocket dan/atau DSLR jadi sekalinya pake kamera HP jadi sebal sendiri karena kurang terang, kurang keren kalo di-zoom. Hanya saja fitur edit foto di tablet ini menyenangkan, jadi saya tetap foto pakai tablet biar bisa langsung di-edit. Hasilnya ya seperti di bawah ini. Kalau untuk keperluan upload gambar/poster buat Lomba Anak juga gampang. 

Hasil foto produk pake Lenovo... indoor di kamar
Hasil foto malam - foto di tempat terang sih, tapi di luar minim cahaya
Hasil Foto Halloween - indoor tapi di Mall dan cahaya oke banget
Dudu ngga pake kamera, tapi dia suka sama fitur videonya, baik yang untuk merekam ataupun yang untuk nonton video yang sudah saya install ke dalam tabletnya.

Saya bukan maniak gadget yang selalu mencoba produk terbaru. Gadget yang saya miliki rata-rata adalah impulse buying karena gadget yang lama mati, atau hadiah. Jadi ini perdana saya cerita tentang gadget di blog yang isinya kebanyakan tentang saya dan Dudu ini. Soalnya sedikit banyak, si anak usil itu punya andil dalam munculnya Lenovo  dalam hidup saya... lho kok? Iya, pas mau berangkat pergi Female Daily Blogging Workshop, dia kan juga mau pergi lomba Penyiar Cilik Woman Radio. Pas pamitan, Dudu bilang "Semoga sukses Mama, semoga bisa bawa pulang tab ya." 

Dan sekarang si tab beneran jadi bagian dari keluarga Mama dan Dudu.

01 November 2014

Posing as The Death


Halloween this year is full of spontaneous creativity. Signed up accidentally by submitting last year's zombie picture to Debenhams's instagram, we were invited to attend the department store's Halloween parade on October 26.

Yeah!



Then the real problem began when we have no idea for costume. Zombie seems so last year and Mama is too lazy to create a blood mixture. So, stopping by a kids toy store we found a reversible, green-and-black cape. From the cape, we found a stick... then the face tattoo from "Day of the Dead". Then Dudu decided he wanted to be Death.

In our head (as we've been reading too much manga), Death looks like this:

Undertaker from the Black Butler (Kuroshitsuji) Series
But he was too handsome. So, our version should be scary. Especially when the Invitation said so.

A little back on the eyes, a little tattoo here and there, plus a black nail polish. And voila, Andrew goes scary. Our spontaneity costs us around Rp250k (Rp150k for the cape, Rp 70k for the stick and the rest is for the tattoo - Mama's eyeshadow and nail polish don't count). It took us around one hour to get ready. It could be faster if I knew how to apply the temporary tattoo.

Applying the Makeup
But what makes us happy is the event. It was way beyond out expectation. First he went line up for a fashion show, and then he went around Debenhams for trick or treating. The employee on the floor came out, dressing up as pretty witches. It was like real Halloween. We didn't win in the end, but it doesn't matter. Dudu got picked as one of the favorites, and what's in the goody bag are a huge surprise for us.



We can't wait for next year. Happy Halloween. 

21 October 2014

Never Too Early For Christmas

Setiap malam, kalau masih bertemu dengan anak sepulang kantor, saya biasanya menyempatkan ngobrol. Kemarin topiknya tentang hadiah natal, kebetulan Karena si daddy juga baru email nanya Dudu mau hadiah apa. 

Tradisi buka kado di hari Natal.
Ngga ada pohon, tempelan dinding pun jadi.
Mama: Kalo buat Mama, kamu mau kasih hadiah apa?
Dudu: Apa ya? Kalung yang harganya Rp.80ribu.
Mama: Hah? Kalung apaan tuh?
Dudu: Yang Mama pernah liat-liat itu loh.

Emang Mama pernah lihat-lihat kalung?

Well, memang kalau jalan-jalan saya suka bercanda pura-pura mau shopping dan bikin dia panik berat karena shopping itu buang-buang waktu dan uang. Padahal dia sendiri juga kalau beli mainan bisa lama banget pilihnya. Nah, kalau belanja online?

Satu-satunya belanja online yang pernah dilakukan Dudu adalah beli game di Playstore haha. Jadi dia ngga ngeh kalau belanja hadiah juga bisa online.
Dudu: Aku suka kalau Mama pakai kalung.
Mama: Mama yang ngga suka pakai kalung.
Dudu: Aduhhh Mama ini gimana sih? Aku mau belikan Mama kalung hati yang waktu itu kita lihat di Ahpoong.

Padahal kalung hati ataupun hadiah Natal lainnya bisa dicari di online store. Bukan cuma game loh yang online haha. Si Daddy juga kalau beliin Dudu hadiah selalu online, trus tinggal dikirim ke rumah. Maklum tinggalnya jauh, jadi lebih praktis kasih nama barangnya aja dan tahu-tahu datang bungkusan dari online store. Kartunya dikirim terpisah. Jadi sekarang gantian tanya, soalnya harus kasi tau si Daddy apa yang Andrew mau buat Natal.

Mama: Kamu mau hadiah apa buat Natal?
Dudu: iPad
Mama: Ngga boleh gadget.
Dudu: Aku maunya iPad…
Mama: iPad itu gadget.
Dudu: Oh, kalo gitu PSP.
Mama: Itu juga gadget.
Dudu: Ribet amat sih.

Emang memilih hadiah itu ribet. Makanya hadiah Natal sudah harus dipikirkan dari sekarang. Afterall, it should be the most wonderful time of the year dan bukan bertengkar memikirkan hadiah.

Merry Snowy Christmas!

17 October 2014

Kidzania di Mata Andrew

“Hah? Ke Kidzania lagi?”

Biasanya itu reaksi saya ketika Andrew (Dudu) minta ke Kidzania. Soalnya kalau liburan trus ngga ada rencana, yang paling sering dia request itu pergi ke Kidzania. Sayangnya karena dia ngga punya gank main yang tetap, dan saya juga ngga bisa menemani dia masuk ke dalam jadi kita jarang main ke Kidzania.


Andrew siap main di Kidzania
Tapi itu tidak menyurutkan semangat Andrew untuk ke Kidzania. Kalau Mama alasan “belum gajian”, dia usaha sendiri ikutan kuis. Kalau Mama alasan ngga ada teman, dia sibuk bertanya apa si A, si B, si C ada rencana ke Kidzania. Atau memaksa sampai menyogok saya supaya mau ikutan. Waktu Daddy-nya visit dari Amerika pun, dibawa dong ke Kidzania seakan-akan “pamer” tempat mainan. Pokoknya, ada banyak jalan menuju Roma, ada banyak cara membawa Mama main ke Kidzania. 


Salah satu establishment Kidzania
Trus saya penasaran, ada apa sih di Kidzania sampai segitunya dibelain? Jadi saya coba ‘interview’ si Dudu tentang Kidzania.

Mama: Apa serunya Kidzania?
Dudu: Bisa berlatih akan menjadi cita-cita apa, sambil bisa memilih mau jadi apa cita-citanya. Dengan Kidzos bisa membeli beberapa hal, dan itu yang aku paling suka dari Kidzania, bisa belanja sepuasnya pakai Kidzos. Tapi aku masih bingung mau jadi cita-cita apa.

Mama: Establishment apa yang paling kamu suka dari Kizdania?
Dudu: Establishment itu apa Ma? Ooo Mainannya… Aku suka Magic Cane, artinya seorang pesulap, Ma, soalnya dapat 30 Kidzos jadi kita bisa cepat kaya dan belanja sepuasnya.

Mama: Kalau yang paling seru dimainkan bersama teman-teman apa?
Dudu: Pegawai hotel itu seru, soalnya bisa makan gratis. Pegawai hotel kerjanya melayani orang dengan sesuatu yang palsu… maksudnya kita anterin buah-buahan ke tamu tapi buah-buahannya ngga beneran. Aku juga suka jadi penjual nugget, soalnya makan gratis. Aku jadi ingin main terus agar bisa makan sepuasnya. Kalau main di Kidzania bisa main 12 kali bisa dapat 24 nugget, sekantong besar hahaha…

Mama: Pekerjaan apa yang menurut kamu berguna untuk diketahui anak kecil?
Dudu: Boxing.

Mama: Hah? Di Kidzania ada boxing?
Dudu: Tidak ada, tapi aku mau buat. Aku mau bilang sama oom dan tante di Kidzania untuk membuat pekerjaan boxing. Selain boxing… tentara juga perlu ada. Soalnya aku suka tembak-tembakan. Lalu harus ada permainan professor yang menciptakan barang.

Mama: Cita-cita yang sulit?
Dudu: Agen rahasia… susah. Aku selalu gagal. Main ngga boleh kena laser, mencari kartu terus menginjak angka ganjil. Aku padahal sudah berhasil, tapi temanku kena. Jadi kita gagal. Angka ganjil bikin harus berpikir soalnya angka ganjil itu tidak bisa dibagi 2. Lalu kita harus masuk terowongan, tapi harus yang benar.

Mama: Lalu, kalau kamu masuk ke Kidzania, permainan apa yang pertama kamu datangi?

Dudu: Membuat kue… supaya punya bekal cemilan pas main yang lain hahaha…

Sampai sini si Mama protes kok jawabannya terdengar asal, kometar Dudu: "Kan jujur, Ma. Ntar yang jujur yang disukai pembaca." Eaaaa...

Mama: Kenapa anak kecil harus main di Kidzania?
Dudu: Bisa belajar melakukan cita-cita. Menurut aku itu penting karena itu bisa mengajari anak yang belum mengerti tentang cita-cita, belum mengerti tentang cari uang dan pekerjaan. Belajar antri giliran dan harus benar-benar sabar soalnya kalau pas rame, banyak banget yang datang ke Kidzania, Ma. Biar anak-anak belajar menabung dan tidak menghamburkan uang.

Oalah, bijaksana amat. Padahal sendirinya juga baru 8 tahun.

So, for those who are having the same “problem” as me, punya anak yang minta ke Kidzania terus, di bawah ini ada barcode yang dapat digunakan untuk mendapatkan diskon 30% untuk masuk Kidzania yang berlaku sampai dengan 1 November 2014. Tinggal tunjukkan saja ke petugas Airport Kidzania. Have fun!





14 October 2014

My Adventure: Female Daily Blogger Workshop

Stumbled upon this workshop on Female Daily Twitter, I signed up for it right away. Kalau Dudu suka bilang “Mama itu ngetik-ngetik bisa dapat duit” ya kenapa ngga diseriusin belajar cara cari uang lewat blog? Jadilah hari Sabtu, 20 September 2014 itu Mama ‘sekolah’ lagi, belajar tentang blogging dan branding di ArtOtel Jakarta bersama Female Daily.

ArtOtel itu unik, dari depannya juga sudah beda
Satu topic yang menarik adalah tentang consistency. Semua narasumber setuju bahwa update blog dan microblog harus konsisten, baik soal isi atau jadwal posting. Bahkan Instagram disarankan rutin untuk say Good Morning dan Good Night oleh Mariska Pruedence. Toh sekarang postingan Blog bisa dijadwal, jadi tidak perlu harus selalu dengan urutan ide-tulis-posting. Kalau ada waktu bisa ditulis dan dijadwal jadi blog tetap udate.



Check out the event on this video:


Tetap aja susah buat saya… hahaha….

Kemudian ada sesi branding dari Emily Quak dan Luxola. Bocorannya, para brand ternyata tidak melulu mencari blogger yang visitornya ribuan, tapi mereka juga suka sama blogger pemula yang berpotensi mendatangkan sales. “All we need is the media kit,” kata Simon Torring, Head of Content Luxola.com.


Pembicara "Blogger Meets Brand"
In the end, it was the workshop which was divided into “Product Review that Matters” by Affi Assegaf, the Business Director Female Daily Network and “Writing Attractive Content” by Leila Safira, the Chief Community Officer of Cleo Magazine. Jujur susah milihnya… tapi akhirnya saya memilih yang Product Review karena saya orangnya ga detail jadi ini pasti lebih susah dilakukan buat saya.

Terakhir ada photography workshop dari Raiyani Muharramah. Jadi iri liat hasil fotonya… seandainya foto di blog saya bisa sebagus itu haha.

Selain ikutan conference dan workshop, para peserta juga berkesempatan mengikuti mini-blogging workshop yang berhadiah tablet Lenovo. Waktunya mepet banget. Pulang workshop malam, blog sudah harus disubmit hari Senin. Tantangan banget buat yang ngeblognya paling sebulan sekali seperti saya. Soalnya memang sudah dibilang sih, kalau semakin sering posting, pasti semakin banyak yang berkunjung. Ups.

Yang surprise adalah workshop fotografi ternyata juga ada mini competitionnya dengan hadiah sama. Kita harus foto seputaran ArtOtel, menggunakan tips and trik yang sudah diajarkan oleh Mbak Raiyani. Ternyata susah loh. Mencari angle, menunggu moment… apalagi dengan keadaan yang selepas magrib dan indoor yang minim lighting. Untungnya sukses… foto saya, entah yang mana soalnya saya kirim 3, ternyata nyangkut dapat tablet. Shock sih pas dapat. Tapi bersyukur banget. 


Foto yang saya ikutkan lomba Mini Blogging Photo Competition

Soalnya Android saya pilihan apps-nya dodol dan kameranya ngga oke buat foto. Horeee bisa blogging lebih sering dan syukur-syukur kesampaian monetize the blog.

Thanks to Female Daily Network, Lenovo, ArtOtel dan semua sponsor dan pembicara. Ditunggu event blogging workshop berikutnya. Sehari ternyata ngga cukup.


=================================================================
This is one half of the No-date Saturday post. Today, Mama and Dudu went separate ways to attend different events. Check out what Dudu did on the same day here.

13 October 2014

Dudu's Adventure: Jadi Penyiar Cilik di 94.3 Woman Radio

Once upon a time, Andrew audisi untuk jadi penyiar cilik dengan mengirimkan video. Meskipun cadel… dan videonya cuma perkenalan diri aja, ternyata Andrew terpanggil menjadi salah satu finalis. Wow.

Proses audisi juga tidak mudah, soalnya Andrew harus mengirimkan video yang sampai beberapa kali take. Tapi dia tidak menyerah. Sebelum saya ke kantor dan dia ke sekolah, sesudah saya pulang kantor sebelum dia tidur... dia selalu mencoba, sampai akhirnya berhasil ada 1 video yang jadi.

Dan masalah dimulai dari kelolosan dia ke final karena ternyata prosesnya panjang dan jatuh di minggu ujian si Dudu. Waduh! Hari Kamis dia ijin sekolah ikut pelatihan dan rekaman suara di Woman Radio di Menara Imperium Kuningan. Sesuatu banget sih karena katanya dia diajarin banyak hal seperti sejarah radio, belajar siaran, dan termasuk kenalan ala Indonesia dengan kegiatan ice breaking. Dan dia protes karena menurut dia ice breaking buang-buang waktu. Hahaha… dasar Dudu.




Waktu mengantar, saya ditanya kenapa Andrew diikutkan di audisi. Saya bilang, saya ingin dengan siaran radio, Andrew belajar mendengarkan. Entah itu instruksi produser, telepon dari pendengar atau apalah. Yang jelas kalau selama ini dia cerita ngoceh tanpa henti dan tanpa arti, setidaknya di radio dia bisa cerita.

Trus dia ngga bisa ikutan yang ke museum telekomunikasi di Taman Mini. Sayang banget sih. Tapi gimana dong, pas dia ujian. Sedih deh. 

Sebagian penilaian berasal dari SMS dan socmed.
Ini poster yang disiapkan Woman's Radio.
The best part itu pas final, yang diadakan di Pejaten Village untuk perayaan ulang tahun Female Radio. Toh ngga akan menang, karena kita sudah absen dari 1 kegiatan sementara penjurian itu terdiri dari 50% penilaian juri, 25% sms dan 25% socmed. Oh well, dicoba saja. Ternyata finalnya (selain disuruh hafalin lagu Frozen dan Sherina) juga disuruh siaran. Finalis lain semua baca teks panjang. Andrew yang memang ngga menyiapkan apa-apa improv sendiri dong ngomongin sekolah, mata pelajaran di sekolah dan cerita macam-macam. Untung dia ngga mengulang kampanye presiden yang disebutkan waktu siaran di radio sebelah. Lumayan lah untuk anak yang tampil tanpa persiapan. Saya malah bangga dia bisa ngomong sepanjang itu tanpa script tertulis.

Grand Final Penyiar Cilik Female Radio di Pejaten Village
In the end memang ngga menang, tapi goody bag dan piagamnya sudah membanggakan. Kalau ada acara lagi jadi pengen ikutan. Soalnya Andrew bilang “awalnya aku ngga suka. Soalnya bosan, siaran yang ngomong-ngomong hanya sedikit saja. Trus ketika disuruh menghafalkan lagu Frozen, lagunya yang punya Demi Lovato, aku ngga suka punya Demi Lovato. Kenapa bukan yang dinyanyikan Elsa saja? Tapi aku suka finalnya, menari dan menyanyi sama teman-teman lalu aku bisa ngomong-ngomong seperti siaran biasa.”

Dan, saking excitednya, dia menulis ini untuk Om dan Tante Panitia Woman's Radio:



Thanks to Woman Radio 94.3 untuk kesempatan belajar yang memang tidak tergantikan ini.


==================================================================

This is one half of the No-date Saturday post. Today, Mama and Dudu went separate ways to attend different events. Check out what Mama did on the same day here.

08 October 2014

Bisnis Mainan (yang Masih Jadi) Impian

Yang namanya bisnis, percaya atau tidak, si Dudu lebih jago dari Mamanya. Oh ya? Coba cek cerita berikut ini.

Dudu: Ma, aku mau mainan baru
Mama: Ga ada uang.
Dudu: Kalo aku jual mainan yang lama trus uangnya bisa buat beli yang baru?
Mama: Bisa. Kamu singkirin dulu mainan yang udah ga kepake trus kamu jual.
Yang tidak disangka, ternyata dia memikirkan cara cari uang ini dengan serius.
Dan dia come up dengan sebuah ide: barter mainan.
Konsepnya simple "kalo ada anak butuh mainan baru kan daripada orang tuanya bellin mendingan dia tukar sama anak lain yang juga bosan sama mainannya."

Make sense.
Jadi inilah bisnis impian si Dudu.


Dudu: Nama tokonya Pinjampinjam.com, Ma
Mama: Seharusnya sih barter ya... Kalau pinjam ngga ada duitnya dong.
Dudu: Tapi kan pinjam. Kita pinjam punya teman, teman pinjam punya kita. Kalau sudah bosan kita pinjamkan lagi ke teman lainnya lagi.

Kurang lebih header site-nya seperti ini
Waktu ditanya mau seperti apa toko impian si Dudu, jawabannya simple: dia mau pajang mainan dia di online, lalu orang bisa klik Dan pilih apa yang mau dibeli atau ditukar mainan baru. Either way, dia dapat mainan baru dan tujuan dia tercapai. Jadi buat dia itu sudah untung. Namanya juga anak-anak. 

Challenge terbesar dari bisnis ala Dudu ini adalah perbedaan jalan pikiran. Kalau dari jalan pikiran anak-anak, yang penting mereka mendapatkan yang mereka mau yaitu mainan. Jadi bisnis ini harus kids friendly. Bukan dari sudut pandang orang tua yang hitung-hitung untung rugi. Kok mainan Rp100rb ditukar sama yang Rp20rb? Sementara di mata anak-anak, mainan ya mainan. Mahal murah bukan dari harga tapi dari seberapa kepengennya mereka sama mainan itu.

Resikonya juga besar, gimana kalau ada yang sudah dikirimin barang trus ngga mengirimkan barterannya? Atau yg pengen mengembalikan barang karena tidak sesuai gambar? Atau masalah teknis seperti rumah tujuan susah digapai JNE jadi kiriman ngga sampe? Kalo mikirin resiko kayaknya kok ribet banget ya.

Tapi buat Dudu, Pinjampinjam.com ini adalah "bisnis" impian. Sesuatu yang bisa menghasilkan, walaupun hasilnya bukan berwujud uang. Orang dewasa ngomongin uang melulu sih ya hahaha... Sementara buat saya, "bisnis" ini jadi sesuatu yang memberikan pandangan baru tentang untung-rugi yang selalu saja jadi hitung-hitungan dunia orang tua. Saya jadi disadarkan bahwa untuk anak-anak yang belum mengerti cari uang dan nilai uang, memandang "keuntungan" dari sudut berbeda dan mengartikannya ke dalam pemahaman mereka sendiri. 

Mainan dan buku waktu bayi begini kan sudah tidak terpakai lagi
Trus kalo untung secara bisnis gimana dong? Namanya juga bisnis impian berarti ujung-ujungnya duit dan untung dong. Nah itu tugas (dan impian) si Mama yang ngga bakat bisnis ini untuk memikirkan gimana caranya bisa jadi untung beneran. Dan kalau bisa, jadi pengumpul mainan bekas untuk disumbangkan. Bisa kerjasama dengan perusahaan yang mau CSR, mengumpulkan mainan ditukar voucher belanja. Atau bisa jadi komunitas, wadah untuk saling bertemu, playdate dan tukeran mainan. Wah kok jadi seru ya?

Dan kenapa si Dudu keukeuh mau bikin bisnis impiannya?
"Soalnya, Ma, mainan itu, kalau tidak dimainkan lagi kan kasihan. Coba Mama nonton Toy Story. Lagian kan mainannya sudah ada... tinggal taro di internet. Gratis pake wi-fi."

Errrr... Du, internet itu bayar loh....
*gubraks*

===========================================
Ide postingan ini didapat waktu baca lomba blog STIEBBANK berjudul "Bisnis Impian". Gara-gara ini jadi teringat obrolan Dudu, si anak untung-rugi, tentang impian dia untuk punya toko. Semoga suatu hari bisa diwujudkan ya.

29 September 2014

#DateWithDudu Macau Wishlist

“Why Macau?”
That’s what my 8-year-old son asked when he peeked on what I’ve been browsing for the past hour.
“I don’t know. I’ve never been there.”
“Do you wanna go there, Mom?”
“Yeah, sure. Wanna browse what’s in Macau?”


Then this was how we started creating the #DateWithDudu itinerary… if we ever visit Macau someday.


With every journey we take, we have this “date”, which means the places we visited are date-able spots for Mom and Kid. I’ve heard so many times about how Macau isn’t for family vacation because the city is too grown up. So, I’m curious to break the myths and headed to the Macau Government Tourist Office Website. So here are our picks for Macau.


Dudu: “WHOA! Science Center!”

Photo: Macau Government Tourist Office Website
Browsing up what’s up for family, Andrew saw this immediately. Designed by Chinese-American architect I.M. Pei, the web lists “the 8000 x 8000 pixel screen equipment, a same-scale model of the Shenzhou-VII spaceship and a number of automatic intelligent robots” as the main features. http://www.msc.org.mo

Mama & Dudu: “Yeay! Panda!”

Photo: Macau Government Tourist Office Website
I grew up with a Panda stuffed animal and Andrew just plain loves the animal. Macau Giant Panda Pavilion would be a perfect getaway for both of us. http://www.macaupanda.org.mo

Mama: “Let’s Take A Walk”
Photo: Macau Government Tourist Office Website
We always miss a chance to just be able to take a walk… and enjoying what’s out there for us. So, finding out that Macau has these trails is like finding a big treasure. From the three mentioned on the website, the 2,150 metre-long Hác Sá Long Chao Kok Family Trail is the one appealing to me the most. It offers both mountain and sea view, so Andrew and me doesn’t have to choose. http://www.iacm.gov.mo/e/facility/introduction/trails/

Dudu: “What do they have for food in Macau, Mom?”
Photo: Macau Government Tourist Office Website
That’s one good (question) or concern coming from this picky eater haha. So, we have to check the cuisine section. I would personally try the Macanese cuisine, which the web describes as “A special combination of Portuguese and Chinese cuisine, with ingredients and seasonings assembled from Europe, Africa and South East Asia”. But it would be too much spice for Andrew who prefers plain-tasted dishes. But the yummy Chinese food (the dim sum assortments and the Peking style food he likes) are there too.

Mama: “Let’s see something different!”

Photo: Macau Government Tourist Office Website
Philosophy is something I often wished I can learn more. So when there is a show said to be “rooted in the ‘seven emotions’ of Chinese Confucian belief” combined with spectacular water-based performance that is children-friendly, I’m sold. So, let’s put The House of Dancing Water on the list. http://www.thehouseofdancingwater.com

In the end, Macau is about architecture and history. The Portuguese and Chinese cultural mix is definitely a unique delight. Hopefully we’ll get a chance to cross these items on the list soon.

Let's go on another adventure!
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I originally wrote this for a competition and gave up fulfilling the requirement because there wasn't enough time. I wrote it anyway because I always want to go to Macau. Since the blog competition got extended, I decided to participate. So the space below is dedicated to fill the requirements.