22 March 2015

Oleh-oleh dari Social Media Week Jakarta

“You can’t trick people into sharing.” 
– Scott Lamb, VP of Buzzfeed International
Dikirim ke Social Media Week sama kantor ternyata dapat ilmu seru. Sebenarnya ini sesuatu yang obvious banget—yang semua orang seharusnya sudah tahu, namun entah kenapa ketika diulas lagi menjadi sesuatu yang menarik. Plus, ada diskusi sama si Dudu juga soal ini.

Presentasi dari Buzzfeed tentang Social Media Sharing
Loh kok ini jadi tentang Social Media Week? Well, soalnya ada hubungannya dengan diskusi saya dan Andrew beberapa waktu lalu.

Dudu: Satu kelas aku sudah nonton Big Hero Six... aku ketinggalan.
Mama: Lah, kamu waktu nonton premiere film-film ngga pernah mau cerita sama teman-teman kamu. Kayak Spiderman, Lego Movie dan Book of Life kan kamu sudah liat duluan orang kita menang kuis.
Dudu: Ngga mau ah, itu namanya pamer. Pamer itu tidak baik lho, Ma. Orang pamer itu sombong...

Tapi di lain kesempatan dia sibuk bercerita tentang The Walking Dead yang baru saja habis 5 season ditonton lewat DVD. Wuah, kalo sudah soal Zombie, tidak perlu dipaksa atau ditanya dia akan nyerocos sendiri.

Kenapa? Ini alasannya (kata VP-nya Buzzfeed lho):

  1. Think about identity. People share things that have emotional impact on them. Jadi, karena Dudu suka Zombie, dia jadi lebih sering cerita soal Zombie daripada Lego Movie. Walaupun lagunya yang “Everything is Swesome” itu dinyanyiin terus. Kalau bikin blog juga gitu, apa yang terkait dengan kita jadi lebih mudah dituangkan dalam tulisan, daripada kalau harus memaksa diri menulis tema yang kita tidak sukai, seperti (kalau saya) politik.
  2. Capture the Moment. Segera share selagi beritanya belum basi atau share ketika beritanya sedang hangat. Ini yang jadi PR banget buat blogger yang full-time office worker dan full-time mother macam saya. Mungkin ini juga yang buat Dudu malas sharing kalau dia sudah nonton duluan. Waktu Lego Movie dan Spiderman kita nonton 1 minggu lebih awal. Jadi teman-temannya belum ada yang nonton dan Dudu malas dituduh bohong karena filmnya saat itu belum keluar di bioskop. Kalau momennya kelewatan, coba cari momen pas untuk publish cerita itu, atau kita publish pada saat downtime.
  3. It’s not only who are your readers but also where (which platform) you’re sharing your post. Misalnya kalau foto ya share di Instagram, kalau mau pembaca lebih luas ya di Twitter, kalau mau personal (alias teman-teman saja) ya di Facebook atau di Path.
  4. Write something that will have a positive impact on people’s life. Ini yang paling penting. Si Dudu malas pamer karena (menurut saya) dia segan bikin teman-temannya iri lantas menuduh dia bohong. Negatif buat temannya, negatif buat dia juga. Maka itu saya kalau nge-blog paling suka berbagi pengalaman positif yang bisa berguna untuk orang lain. Review film, events, hotel, resto, pengalaman jalan-jalan atau cerita sehari-hari yang saya harap bisa menginspirasi orang lain. Begitu juga ketika saya blogwalking. Pasti cari postingan yang bikin saya semangat dan mendapatkan sesuatu untuk dipelajari.
Let me share this cup of coffee with you.

Personal footnote:

Ngeblog buat saya adalah berbagi cerita, terutama seputar kegiatan saya dan Andrew. Lama-lama saya jadi belajar tentang analytics dan SEO lalu ngeblog berubah jadi main puzzle dengan tema: bagaimana supaya tulisan kita dibaca orang. Saya pernah mencoba menulis sesuai tema yang sedang hangat, tapi hasilnya maksa dan tidak sesuai dengan apa yang menjadi semangat ngeblog saya. Akhirnya saya balik lagi ke menulis petualangan sehari-hari. Sekarang ini sih paling saya sharing di social media pribadi sambil mention-mention juga. Syukur-syukur ada yang men-share lagi ke teman-temannya.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.