23 June 2015

Tips Memilih Film Layak Tonton Untuk Anak

“Ngapain sih tutup mata, itu kan cuma adegan ciuman,” protes Dudu ketika teman nontonnnya sibuk tutup mata di bioskop. Si teman membalas, “kata Mama aku, ciuman untuk orang dewasa, anak kecil ngga boleh lihat dulu.” Nah lho!

Dudu: Ma, kenapa aku boleh melihat adegan ciuman tapi dia tidak boleh?
Mama: Beda keluarga beda aturan, Du. Buat Mama biasa aja. Cuma ciuman doang.
Dudu: Terus yang tidak boleh apa dong?
Mama: Apa ya? Ya kalau ada adegan yang tidak boleh ya Mama tidak ajak kamu nonton.
Dudu: Kalau adegan tidak pakai baju?
Mama: Kayak Alice di Resident Evil 1? Ya tidak apa-apa juga, itu kan Alice memang habis mandi dan dia langsung tutupan handuk.
Dudu: Jadi Mama tidak perduli ya?

Ya ngga gitu juga sih Du...

Saya memang liberal. Jadi saya sungkan memberikan rekomendasi kepada orang tua lain tentang film dan buku bacaan karena takut mereka protes. Di review blog pun kadang saya kasih disclaimer bahwa pendapat saya dan Dudu tidak mainstream dan biasanya tidak akan disetujui oleh orang tua kebanyakan. 


Detail film di Blitz Megaplex ditulis rating 13+
Detail film di 21 dan XXI ratingnya ditulis R13+
Dudu nonton Resident Evil sejak masuk SD dan lalu akrab dengan zombie, pistol dan adegan berantem. Jadi, ketika sebagian teman masih mendebatkan apakah adegan dino makan orand di Jurassic Park terlalu sadis untuk anaknya, saya sudah pergi nonton. Soalnya dibandingkan Resident Evil atau World War Z, si dino masih lebih sopan dan tidak seberapa gory. Saya juga tidak pernah meributkan adegan ciuman di film. Soalnya kalau kita heboh, apalagi heboh melarang, nanti anak semakin penasaran.

Kendala untuk anak tanggung sebesar Dudu adalah film anak yang membosankan dan film remaja yang… well, belum waktunya ditonton. Mana tertarik si Dudu dengan film pacaran? Jadi dilemma sendiri memilih film karena di Indonesia, bioskop cenderung tidak mengontrol usia pembeli tiket dan film yang akan ditonton. Jadi satu-satunya sensor ya kita sebagai orang tua untuk menentukan film mana yang boleh ditonton si anak.

Jadi bagaimana saya menentukan film apa yang layak ditonton oleh anak saya? Jawabannya adalah ngintip dulu di IMDB alias Internet Movie Database.

Halaman detail film di IMDB, ada fitur "Parents Guide" di kanan
Rating
Rating di Indonesia bisa berbedadengan rating di IMDB.Apa yang dianggap PG-13 (usia dibawah 13 tahun harus didampingi orang tua) bisa jadi dewasa begitu sampai bioskop kita. Tapi kalau di bioskop sudah R (alias remaja – karena di luar negeri R itu Restricted alias untuk Dewasa), harusnya sudah lebih aman dibanding yang ratingnya Dewasa. Rating biasanya ada di poster filmnya atau di website bioskop dekat sinopsis film.

Sistem rating film dari MPAA
Durasi
Dulu waktu masih kecil ini penting karena kalau lewat 2 jam nanti dia bosan. Sekarang sih sudah tutup mata sama durasi. Kecuali kalau kita nonton yang di atas jam 7 malam.

Trailler
Meskipun tidak selalu nonton dulu, tapi jika ada beberapa film yang akan tayang, biasanya saya dan Dudu nonton traillernya berdua baru memutuskan mana duluan atau mana yang akan kita lewatkan. Kadang dari traillernya, Dudu sudah bias memutuskan apa film ini seru atau tidak (buat dia). Trailler tidak selalu harus spesial search di Youtube, tapi bisa juga pas nonton film sebelumnya. Jadi masuk bioskop jangan terlambat.

Parents Guide
Ini fitur favorit saya di IMDB. Cara menemukannya gampang.Tinggal masuk ke halaman film yang kita mau tonton lalu cek kebagian Parents Guide yang ada di kanan atau di bagian MPAA* di bawah cast and crew. Di bagian ini digambarkan adegan yang mengandung unsure seksual/nudity (termasuk baju yang terlalu seksi), kekerasan atau gore (ini yang berpotensi menjijikan misalnya perut sobek lalu isinya ditunjukin ke penonton plus darah yang dramatis jumlahnya), profanity (kata-kata kasar/mengumpat), alcohol/drugs/smoking dan adegan yang intense atau berpotensi menakutkan bagi anak-anak.Bahkan ada score dan diskusinya. 

Halaman Parental Guidance di IMDB
Review
Kalau masih kurang yakin biasanya saya baca review. Banyak “kritikus” di luar sana yang cukup detail menganalisa filmnya dan biasanya kita bisa belajar sesuatu dari penonton yang cerewet. Kalau filmnya ada jarak tayang dari negara asalnya ke Indonesia, wikipedia juga bisa jadi sangat detail menggambarkan plotnya dan kita bisa konsultasi ke sana.

Kalau sudah membaca IMDB saya jadi merasa lebih aman pergi ke bioskop, meskipun guidancenya penuh spoiler yang kadang memberitahu endingnya. Tapi, yah, daripada was-was anak kita menyaksikan sesuatu yang tidak seharusnya untuk usia dia. Relatif memang. Keputusan akhir menonton tetap ada pada kita (dan dalam kasus saya si Dudu juga).

Untungnya perbedaan cara pandang kita tentang apa yang boleh disaksikan oleh anak di bioskop tidak mengganggu keakraban saya dan teman-teman. Saya yang liberal dan teman-teman yang sedikit konservatif atau beneran konservatif membuat playdates menjadi ajang saling menghargai. Dudu sekarang tahu peraturannya dan tidak meributkan kenapa temannya tidak boleh menonton adegan Spiderman pacaran. Malah biasanya dia yang panik “awas, Tante, habis ini jagoannya mau ciuman!” dan membantu teman saya menutup mata anaknya.

Selamat datang musim panas dan selamat datang summer blockbusters!

*MPAA (The Motion Picture Association of America) adalah asosiasi yang memberikan rating film sekaligus menilai dan melindungi konten kreatif dari film dari pembajakan. Selengkapnya dapat dilihat di http://www.filmratings.com

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.