26 September 2015

Time Travel on Foot at Passer Baroe

It's always nice to walk back in time. Sekali ini beneran jalan kaki ke masa lalu bersama Jakarta Walking Tour sebagai Bagian dari workshop TravelNBlog. Bukan hanya sejarah, tapi juga nostalgia karena Pasar Baru banyak menyimpan cerita masa kecil saya.

Welcome to The Hotel Transylvania

Dari rencana putus asa tidak bisa nobar weekend karena Mama mau ikut workshop blogging, hingga nekat ikutan kuis premiere dan menang! Jadi kita nonton Hotel Transylvania 3D premiere di 21 Plaza Indonesia hari Selasa 22 September lalu. Dan percakapan ini terjadi setelah kita menukar tiket dari tim Fox Indonesia:

Dudu: Hotel begini seram, siapa yang mau tinggal?
Mama: Ya Mama lah. Kan vampir.


25 September 2015

Dua Kepala Satu Cerita


Nulis blog itu gampang. Seriusan? Yup. Yang susah itu nyari waktunya untuk duduk, mengetik, ngedit foto, posting, sharing, blogwalking dan ngobrol sama Dudu. Yang terakhir paling repot, soalnya waktu saya bertemu dan bisa ngobrol panjang sama dia relatif sedikit. Hanya pulang kerja (itu pun sudah malam) dan weekend. Dan peraturan pertama blogpost di sini adalah Dudu juga bersuara karena ini sebenarnya blog berdua.


Kalau sedang nulis di cafe, anaknya nemenin.
Biar gampang kalau mau ditanya-tanya

23 September 2015

Smells Good: Kulit Sehat dan Indah dari Redwin Sorbolene

Dalam misi mengembalikan kulit jadi sehat dan indah, saya bertemu sorbolene. Apa itu sorbolene? Hasil cari-cari sana sini menyebutkan bahwa sorbolene adalah krim pelembab multifungsi yang terdiri dari air yang dipurifikasi, parafin dan glycerin. Krim ideal untuk membuat kulit sensitif jadi sehat dan indah ini ada di rumah saya dengan nama Redwin Sorbolene

Redwin Sorbolene Moisturizer
dengan kandungan vitamin E

20 September 2015

ArtScience Museum: Mengunjungi Laut Dalam dan Masa Lalu

Dudu and science are two things that can't be separated. Jadi, dia senang banget waktu kita pindah ke exhibition The Deep dari Dreamworks karena yang ini tentang kehidupan di dalam laut.

Ini adalah cerita bagian dua dari #DateWithDudu di ArtScience Museum Singapore di mana kita mengunjungi tiga exhibitions sekaligus: Dreamworks (sampai 27 September), The Deep (Sampai 27 Oktober)dan The Singapore Story (Sampai 4 Oktober). Tiket masuk ArtScience Museum untuk Dreamworks dan The Deep adalah SGD 30 (dewasa) dan SGD 18 (anak-anak).




The Deep Menyelam ke Laut Dalam

Masuk ke laut dalam semuanya gelap. Udaranya dingin, mencekam dan susah foto tanpa blitz (soalnya dilarang ambil video dan Foto pake flash). Dan sebagai orang Indonesia pemakan segala, melihat ikan (walaupun wujudnya seram) pada jam mendekati makan siang, saya jadi lapar. Tapi antusiasme Dudu mencari tahu tentang ikan-ikan dan rasa penasaran nya tentang kehidupan dalam laut membuat suasana suram di dasar laut jadi ceria.


Dasar laut adalah tempat misterius. Mengutip pernyataan Dr. Cindy Lee Van Dover, seorang ahli biologi laut dalam, “More men have walked on the moon than have dived to the deepest part of our oceans.” Lebih banyak manusia yang menjejakkan kaki ke bulan daripada ke dalam laut. Jadi bagian pertama exhibition ini adalah tentang bagaimana manusia memulai perjalanan menjelajah bawah laut. Dimulai dari kapsul kedap air sampai expedisi yang menggunakan kapal selam. 


19 September 2015

ArtScience Museum: Mengintip Dapur Dreamworks

Hore! Akhirnya kita kesampaian pergi #DateWithDudu ke ArtScience Museum Singapore. Tidak tanggung-tanggung kita pergi mengunjungi tiga exhibition sekaligus: Dreamworks (sampai 27 September), The Deep (Sampai 27 Oktober)dan The Singapore Story (Sampai 4 Oktober). Yang terakhir ini exhibition gratis yang diadakan The Strait Times dalam rangka merayakan ulang tahun Singapura ke-50.


Tiket masuk ArtScience Museum untuk Dreamworks dan The Deep adalah SGD 30 (dewasa) dan SGD 18 (anak-anak) dan dapat soda gratis yang bisa diambil di toko souvenirnya. Kalau yang hanya mau masuk satu exhibition saja, bisa beli tiket satuan, kok.

Dudu langsung mengeluarkan gadgetnya untuk foto-foto.

16 September 2015

A Fun Afternoon at Jacob Ballas Children's Garden

Singapore on a budget? Well, mampir saja ke Jacob Ballas Children's Garden yang terletak di komplek Singapore Botanic Garden. Selain buka dari pagi, jadi bisa datang sebelum mulai berkeliling Singapura, taman ini juga gratis. Bisa jadi alternatif untuk yang mencari liburan murah di Singapura dengan anak. Eits, tapi ada syaratnya: setiap orang dewasa yang masuk wajib ditemani anak usia 0-12 tahun.

Dudu: Jadi Mama bisa masuk karena aku ya. Kalau orang dewasa saja tidak boleh masuk. Ini taman anak-anak
Mama: Kalo ngga ada Mama, kamu juga ngga bisa masuk kali. Anak-anak ngga boleh masuk sendirian.


Jacob Ballas Children's Garden

Jacob Ballas Children's Garden entrance
Pintu masuk ke Jacob Ballas Children's Garden ada di balik pintu ini
Gerbang masuk Jacob Ballas Children's Garden

15 September 2015

Unveiling Singapore Airlines Premium Economy Seats

Ada yang spesial di acara BCA-Singapore Airlines Travel Fair di Grand Indonesia kemarin. Ada 4 kursi Premium Economy yang dihadirkan Singapore Airlines untuk dicoba oleh para pengunjung. Saya hadir minus Dudu yang sedang belajar untuk ujian atas undangan The Urban Mama untuk acara talkshow "Liburan Nyaman Bersama Anak."

Liburan yang nyaman ala Ninit Yunita, Founder the Urban Mama sekaligus ibu 2 anak, dimulai dari sebelum naik pesawat. Ada baiknya kita cerita dulu tentang prosedurnya dan apa yang bisa dipersiapkan anak.(Semacam what to expect when you're boarding kali ya haha). Bawa mainan biar anak tidak bosan. Dan jangan lupa hunting tiket murah di travel fair. Wah yang terakhir ini sepertinya penting banget.



11 September 2015

Menemukan Arti Transit di Changi Airport

Changi Airport is the happiest place on earth… at least buat saya dan Dudu. Soalnya menunggu (yang biasanya super nyebelin) jadi seru dan bermanfaat. Maka, ketika pesawat yang akan menerbangkan kita kembali ke Jakarta di-delay hampir 2 jam lebih, Dudu malah happy.


There's something for everyone at Changi Airport Singapore. Mulai dari makan, nonton, bermain, belanja, hingga jalan-jalan di taman. Dijamin tidak bosan dan tidak bangkrut karena semua free (kecuali makan dan belanja). Yang ada kita malah sengaja check in duluan atau keluar belakangan karena mau "jalan-jalan" dulu di sana.



10 September 2015

Malam Hari Di Marina Bay

Menjelajah sendirian di Singapore tanpa Dudu sebenarnya agak garing. Maklum, terbiasa berpetualang berdua. Tapi saya jadi bisa berkeliling menikmati indahnya malam hari di Marina Bay tanpa harus pusing ada yang bosan karena saya hanya melihat matahari terbenam dan menunggu lampu menyala.


Sekali-kali yang punya blog mejeng sendirian
Saya sampai di Marina Bay sebenarnya karena janjian dengan seorang teman blogger, Mba Suci yang perdana pergi ke Singapura. Tapi apa daya kita belum jodoh bertemu di negara tetangga. Haha. Nah karena sudah terlanjur ada di Marina sini, dan saya sendirian, kesempatan ini saya gunakan untuk berkeliling dan foto-foto. Toh, Dudu bukan penyuka bangunan historis jadi dia ngga akan ketinggalan apa-apa.

Marina Bay Sands

Berjalan keluar dari Bayfront MRT yang terhubung dengan Marina Bay Sands di lantai basement, saya langsung memanfaatkan waktu untuk berkeliling. Karena bukan pencinta shopping, saya memutuskan untuk keluar dan mengunjungi ArtScience Museum untuk melihat exhibition apa yang bisa saya kunjungi bersama Dudu ketika dia sudah sampai keesokan harinya. Ketika berjalan keluar dari Museum jam 7 malam (yes, matahari Singapura terbenam agak lambat), pemandangan skyline Singapore mencuri perhatian saya.


Banyak yang jogging, naik sepeda atau sekedar berjalan-jalan sambil mendorong stroller di daerah sini. Selain karena sejuk, jalanannya juga kids friendly, alias aman dan cukup luas untuk anak-anak berlarian. Favorit saya tentu saja kumpulan pohon palem yang dijajarkan rapi. Seperti Los Angeles, tapi versi yang bisa dilewati dengan jalan kaki. Haha.




Menyenangkan melihat langit berubah diantara gedung-gedung tinggi dan Fullerton Hotel dengan desain klasiknya, tapi begitu gelap, perhatian kita beralih ke light and laser show yang dimulai jam 8 setiap harinya. Buat yang kelewatan, masih ada show jam 9.30 dan extra jam 11 malam khusus Jumat dan Sabtu malam. Shownya gratis, dan kita tinggal duduk di tempat yang sudah disediakan. 





Wah, Andrew pasti suka nih!

Fullerton

Sebenarnya Andrew sudah pernah nonton laser show secara tidak sengaja waktu kita pergi bersama para sepupu. Tapi kita nonton dari sisi seberang, alias sisi Fullerton, jadi tidak jelas seperti apa aslinya light and laser show ini. Hanya terlihat permainan lampu dari atas Marina Bay Sands.

Merlion yang jadi Icon Singapore

Kalau dari Fullerton yang kelihatan cuma ini
Fullerton sendiri hidup pada waktu malam. Dekat dengan exit MRT Raffles Place, One Fullerton yang letaknya mepet dengan Merlion yang menjadi Icon Singapura ini adalah sekumpulan restoran, cafe dan bar outdoor yang meriah ketika malam datang. Masih di Fullerton juga, ada banyak sejarah yang dapat dinikmati di sini. The Fullerton Hotel Singapore adalah hotel bintang lima yang dulunya adalah gedung Kantor Pos Pusat Singapura. Selain itu ada Fullerton Bay Hotel yang berbentuk kubus unik dengan interior indah. Hotel ini membuka lantai lobby-nya untuk dilalui umum jadi kita tidak perlu berpanas-panasan di siang hari. Kalau beruntung, sambil jalan kita bisa mendengarkan live music dari restoran hotel.


Singapore Flyer, Helix Bridge, ArtScience Museum, Marina Bay Sands


Dari sisi sebelah sini, kita bisa berdiri di dermaga dan melihat lampu-lampu Marina Bay Sands, Singapore Flyer dan Helix Bridge.

Lau Pa Sat

Restoran yang ada di seputaran Marina Bay lebih cocok untuk special occasion atau hang out bersama teman-teman. Jadi saya berjalan sedikit ke Lau Pa Sat, yang katanya adalah food court tertua di Singapore. Sejarahnya sudah dimulai pada awal 1900 ketika Telok Ayer Market dibangun. Beberapa kali mengalami renovasi (terakhir pada tahun 2014), food court ini masih terasa seperti gedung lama dengan arsitektur Victorian. Dalamnya panas. Yes, meskipun malam hari, sepertinya angin tidak bisa lewat jadi udaranya tidak sesegar ketika kita berada di luar. 




Lau Pa Sat

Tapi dentingan lonceng yang tiap 15 menit dan banyaknya jenis makanan di Lau Pa Sat membuat saya tetap duduk manis dan makan sampai habis. Harganya juga tidak mahal, mirip dengan food court pada umumnya. Jenisnya banyak. Selain dari masakan chinese yang selalu ada (seperti sup ikan dan nasi ayam hainam), ada masakan India, Vietnam, Korea, Jepang dan lainnya). Ada masakan Indonesia juga lho.



Lau Pa Sat

Vietnamese Roll at Lau Pa Sat
Vietnamese Roll at Lau Pa Sat
Menemukan sebuah bangunan klasik satu lantai peninggalan jaman penjajahan di tengah gedung-gedung tinggi dan modern rasanya menarik. A mix between history and contemporary. Jalan keliling Marina Bay Sands gratis lho, bisa jadi alternatif kalau ingin liburan murah di Singapura.

Bonus Trip: 
Far East Organization Children's Garden

Kalau ada Dudu, mungkin saya akan menghabiskan waktu di Garden By The Bay seperti waktu itu. Walaupun jadi tidak masuk ke dome-dome yang ada, tapi di sana ada Far East Organization Children's Garden yang gratis untuk anak-anak bermain. Water play yang terlihat begitu kita masuk langsung menarik anak-anak untuk main air. Kalau ke Singapura memang sebaiknya bawa handuk dan baju ganti kemana-mana karena water playground bisa muncul di mana saja. 





Tapi jangan berhenti di main air, children's garden ini juga punya hidden playground yang tertutup pohon rindang dan semak-semak di sekitar water playgroundnya. Sementara para orang tua duduk manis di ampitheatre, anak-anak bisa bermain di rumah pohon alias Rainforest Treehouse. Kalau malam jadi lebih sejuk soalnya Singapura kadang lebih panas dari Jakarta. Tapi kalau siang lebih kelihatan dan untuk foto-foto juga akan lebih bagus hasilnya. Haha. Jadi dilema ya.

Far East Organization Children's Garden ini dibuka hingga jam 7 malam pada hari biasa dan jam 9 malam pada akhir pekan. Namun tutup pada hari Senin seperti banyak tempat lainnya di Singapura. 

Rumah Pohon di Garden By The Bay
Aman? pasti aman. Pulangnya gampang? Well, MRT dan bis ada sampai tengah malam. So, jangan berhenti berkeliling Singapura ketika matahari terbenam karena petualangan baru saja dimulai, terutama di Marina Bay. Andrew justru senang kalau jalan malam karena tidak panas. 

Let's walk around and discover a different side of Singapore.

03 September 2015

Mama dan Dudu Bicara Soal Anak Minggat

Tingkah anak kecil memang tidak ada habisnya. Kemarin ada cerita begini di kantor saya. Seorang teman kedatangan anak perempuan tetangganya yang mau playdate. Anehnya, si anak kelas 2 SD ini datang sendiri tanpa diantar mbak atau orang tuanya, bahkan membawa tas kecil. Tapi karena si anak memang sering main ke rumah, ya dipersilahkan masuk sama teman saya.

Karena anaknya masih tidur siang, si tamu kecil disuruh menunggu di sofa depan sambil nonton TV. Saat itu, ngobrollah teman saya dengan si anak.

Teman saya: Kamu sendirian ke sini?
Anak Tetangga: Iya.
Teman saya: Ayah Bunda ke mana?
Anak Tetangga: Ada di rumah.
Teman saya: Kok kamu ngga sama Ayah Bunda aja?
Anak Tetangga: Aku tadi dimarahi Bunda. Jadi sekarang aku minggat.
Teman saya: HAH? Minggat?
Anak Tetangga: Seperti anak yang di Inside Out itu, Tante.

Selagi teman saya masih shock, apalagi ketika menemukan bahwa tas bawaan si anak berisi pakaian untuk menginap, adiknya anak ini muncul di pintu mengabarkan bahwa Bundanya delivery makanan cepat saji kesukaan mereka di rumah. Si anak buru-buru pamit meninggalkan teman saya kebingungan sekaligus khawatir sama anaknya sendiri. “Ntar anak gue minggat, gimana, Ruth?”



Saya belum nonton Inside Out sih. Soalnya si Andrew tidak berminat. Banyak yang bilang filmnya bagus tapi kurang cocok untuk anak balita. Dan rata-rata yang bilang nonton sampai menitikan air mata itu orang dewasa semua.

Jadi kita tidak bisa review filmnya deh.

Memangnya saya tidak khawatir Dudu, yang sudah 9 tahun, akan berpikiran minggat? Well, anak saya laki-laki jadi (semoga) less drama if compared to the teenage girls even though he’s super sensitive. Maklum zodiaknya Cancer. Belum lagi dia super nempel sama saya. Maklum anak tunggal dan saya juga single mom jadi kita selalu berdua. Dudu sering diledek “perangko” atau “stiker” sama opa dan oma nya karena terlalu nempel. 


Ini jalan-jalan sih bukan minggat
Sebuah artikel yang dipublikasikan di New York Times website tahun 1991 pernah membicarakan soal minggat. Anak usia TK dan SD biasanya menyadari seberapa tergantungnya mereka pada orang tua. Namun ketika mereka pun mengancam akan minggat, orang tuanya harus menanggapi dengan serius karena itu berarti ada masalah yang tidak dapat mereka utarakan dengan kata-kata, saran Dr. John A. Calicchia seorang psikolog di Boston seperti dilansir artikel New York Times tersebut.

Yang jelas, jangan malah sengaja memberikan tas atau berlagak tidak perduli jika mereka pergi. Yang ada justru kita harus mencegahnya karena minggat adalah respon impulsive seorang anak yang emosi. Bukan karena dia benar-benar ingin kabur. Dengan mencegahnya kita bisa menunjukkan bahwa kita benar-benar perduli dan sayang kepada si anak.Jangan berhenti di situ. Gunakan kesempatan ini untuk berbicara dengan anak mengenai masalahnya dan meyakinkannya bahwa orang tua akan menemaninya mencari pemecahan.


Ini juga jelas bukan minggat...
soalnya pakai kacamata hitam
Dan seperti biasa, rasanya tidak adil kalau hanya memandang minggat dari sudut pandang orang dewasa. Apalagi ini blog berdua. Lalu, apa pendapat Dudu tentang minggat?
Dudu: Minggat itu apa, Ma?
Mama: Pergi dari rumah.
Dudu: Untuk apa pergi dari rumah, kan semuanya ada di rumah?

(harap maklum, Dudu anak rumahan)

Mama: Ya biasanya karena bertengkar sama Mamanya.
Dudu: Tidak perlu sampai minggat, kan kalau bertengkar juga besoknya Mama sudah sayang lagi.
Mama: Kalau ada anak minggat bagaimana?
Dudu: Ya itu berarti orang tuanya harus lebih menyayangi anaknya, dan memberikan semua yang anaknya mau...

Eaaa... enak aja.