14 May 2016

Belajar Tentang Rumah Ramah Anak di IKEA

IKEA itu sama saja dimana-mana, Tapi ketika pintu dengan tulisan "Hej" bergeser, ada excitement sendiri melangkah masuk ke IKEA Indonesia untuk pertama kali. Berbulan-bulan setelah Dudu pergi duluan ke IKEA bersama orang tua saya. Papa saya, yang setia menemani ketiga anaknya keluar masuk IKEA di awal masuk kuliah sepertinya jadi fans berat toko tersebut. Selain itu, memang Papa yang paling hobi menggeser dan mengganti isi rumah.

Ruangan Kamar Ana
Yah, keduluan Dudu. Ketika akhirnya IKEA buka di Indonesia, saya adalah salah satu orang yang ingin langsung terbang ke sana. Terbayang makanan enak menanti. Yes, jaman kuliah dulu, selain tempat belanja furniture untuk memenuhi apartment sewaan, IKEA adalah tempat favorit untuk pergi Sunday Brunch. Tapi apa daya, rupanya seluruh Indonesia juga berpikiran sama dengan saya.

Saya sendiri baru mampir ke IKEA Indonesia, pertama kalinya di awal Mei kemarin, itu pun berkat ada acara TUMNgopiCantik dari The Urban Mama. Ada yang berbeda dari acara TUM Ngopi Cantik kali ini karena diadakan di ruangan "kantin" IKEA yang berjendela besar, di pagi hari yang cerah sebelum long weekend. Yang dibahas? Tentunya tentang rumah ramah anak. "Living With Children," yang dibawakan oleh Diana Pratiwi atau yang dikenal dengan Mama Montje.


Ini "kantin" IKEA yang bikin jatuh cinta
Mama Montje bercerita
IKEA dan sudut pandang anak
Bagaimana memilih furniture untuk anak-anak?

Safety

"Buat apa design oke dan harga reasonable, kalau tidak aman untuk anak?" Begitu kata Mama Montje. Jadi, pilihlah furnture yang ujungnya tidak lancip, materi yang aman bagi anak dan dapat dikunci. Orang tua terkadang melupakan laci-laci bagian bawah seperti di dapur dan ruang keluarga. Laci-laci ini dapat mengakibatkan anak kejepit.

Multifungsi

Kalau sudah bosan, dengan satu rak baju, mau ditaruh di mana? Kalau menurut Mama Montje, lemari baju di kamar anak bisa dipindah ke ruang keluarga dan bahkan menjadi lemari piring di pantry. Asalkan warna dan desainnya netral. Jadi, kalau membeli furniture, sebaiknya hindari yang bergambar superhero atau tokoh favorit anak, karena begitu anak sudah besar, lemari bergambar Batman tentu akan sulit mendapatkan tempat di ruang tamu. Yah, sudah terlanjur beli, gimana dong? "Kita bisa cek apakah gambar tersebut berupa stiker atau lapisan. Jadi ketika kita mau memindahkannya atau merubahnya jadi multifungsi, lemari tersebut hanya perlu di-repaint aau dilepaskan stikernya," saran Mama Montje.

Edukasi
Anak-anak selalu bermain sambil belajar jadi yang namanya furniture anak sebaiknya memiliki fungsi tambahan sebagai alat belajar. Misalnya kitchen set yang bisa digunakan untuk main masak-masakan sama Mama atau meja-kursi yang bisa digunakan main tea party bersama teman-temannya. 


 

Tapi "Living with Children" itu lebih dari sekedar mendekorasi ruangan dengan furniture yang sesuai dengan ketiga ketentuan di atas. Warna misalnya, mempengaruhi anak secara psikologis. Anak pemalu sebaiknya mendapatkan kamar dengan warna cerah, sementara anak yang sudah aktif sebaiknya memiliki kamar dengan warna yang lembut. Selama ini kamar Dudu adalah 'warisan' dari kamar saya. Rumah jaman dulu yang temboknya putih dan jendelanya besar-besar. Saya pribadi memang tidak pernah menjadikan warna tembok kamar sebagai pertimbangan, yang penting ada sinar matahari masuk. Kamar yang kami tempati saat ini, kalau masih siang, tidak perlu menyalakan lampu. Yang masih menjadi PR adalah area bermain si Dudu yang sepertinya ada di mana-mana, bukan hanya di 1 kamar. Selain karena rumah itu memang rumah sejak saya masih kecil, dengan barang-barang peninggalan yang banyak, Dudu pun memiliki mainan bayi yang tidak sedikit jumlahnya. Masalahnya, sekarang mainan-mainan tersebut sudah tidak digunakan lagi dan jadi menumpuk di berbagai sudut rumah.

Kembali ke IKEA, yang membawa konsep eksplorasi ke dalam pengalaman berbelanja. Seperti anak-anak, orang dewasa juga senang lihat-lihat. Di TUM Ngopi Cantik Kali ini kita juga berkesempatan melihat beberapa demo seperti demo mengolah makanan secara mudah. Peralatan dapur di Ikea, membuat mengupas apel menjadi pekerjaan mudah dan meracik cafe latte juga jadi bisa dilakukan di rumah. Ini baru namanya "gadget" penyelamat para Mama haha. Desain IKEA juga dibuat untuk ramah anak seperti meja kursi dengan sudut bulat, mata boneka yang dijahit (dan bukan ditempel seperti pada umumnya) dan pengait ke tembok untuk mencegah lemari rubuh pada saat gempa atau dipanjat si anak. Well-designed, functional and at as low price as possible. Berjalan keliling IKEA itu seperti piknik, tapi sebagai ganti pohon cemara ada banyak furniture keren dan barang-barang lucu yang memanggil-manggil untuk dibawa pulang. 



Tapi yang paling bikin kangen dari IKEA adalah sarapan pagi ala western dan free-refill coffee, yang sudah dalam planning untuk dikunjungi bersama Dudu. 
Hej Da! 



2 comments:

  1. ikea indonesia ini yg di tangerang bukan Mbak? Saya belum pernah mampir iih, cuma lewat doang di tol keliatan judulnya doang. IKEA. Hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener Mba. Yang kelihatan dari pinggir tol

      Delete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.