29 July 2016

The Quest to Find a Birthday Present

Yang kenal Dudu pasti tahu bahwa dia selalu membawa satu tas yang penuh dengan action figure dan Nerf Gun, senjata ampuh Dudu ketika harus menunggu. Koleksi action figurenya banyak, tapi tidak semua lolos seleksi untuk masuk ke tasnya dan mendapatkan peran di cerita pertempuran melawan zombie yang selalu menjadi plotnya.

Satu per satu action figure keluar dan ada 2 pirates hadiah ulang tahun dari grandparentsnya di Amerika, dan 2 Power Rangers. Teman-teman saya biasanya bertanya, “ini Power Rangers ya? Kamu suka Power Rangers?” Dan Dudu akan menjawab bukan. Si Power Rangers hanya satu dari action figure pemeran utama cerita karangannya. 

Jadi, ketika ditanya mau hadiah apa untuk ulang tahunnya yang ke-10 kemarin, jawaban Dudu hanya 2 macam: Nerf Gun dan Action Figure. Koleksi Nerf Gunnya sudah lumayan, jadi saya memilih membelikan action figure baru. Tapi belanja action figure sama Dudu sama dengan ketika saya mencari sepatu. Susah cocoknya karena terlalu spesifik. Meskipun kita selalu pergi #DateWithDudu setiap weekend, tapi capek juga keliling mall hanya untuk mencari action figure tertentu, dengan harga terjangkau kantong. 

Akhirnya si anak yang browsing sendiri
Ini yang membuat saya jadi sering browsing online shop. Lalu saya bertemu DotsTOYLAND.com. Dots merupakan singkatan dari Delivery on the spot. Jadi barang-barang yang tesedia di sini merupakan ready stock, siap dikirim ke customer. Barang-barangnya juga asli dan masih tersegel rapi. Nah, pas deh, saya mencoba browsing.

27 July 2016

Ice Age: Collision Course

Baru kemarin cerita Ice Age di Dufan, eh ternyata Ice Age Collision Course sudah tayang di bioskop. Menang tiket preview dari XYKids dan Kidnesia (sering-sering mampir ke Twitter mereka buat ikut kuis nobar yah), kita menggeser rencana nonton Star Trek dan Phantom Detective untuk trio binatang kesayangan: Sid, Manny dan Diego.


Ceritanya masih seputar binatang-binatang yang hidup di jaman es. Namun kali ini kehidupan mereka terancam oleh meteor jatuh. Dipimpin oleh Buck si musang, rombongan Sid (dan neneknya), Diego dan Shira, plus Manny dan keluarga besarnya berangkat ke gunung volcano untuk mencegah meteor jatuh.

Dan jangan ditanya kenapa meteor jatuh karena semua itu salahnya Scrat dan kenarinya yang sudah membuat bencana alam dan rencana kiamat dari Ice Age Pertama.

Masalahnya bukan hanya meteor tapi Sid yang galau karena tak kunjung bertemu pasangan, Diego dan Shira yang merasa tidak bisa jadi orang tua yang baik karena sebagai hewan pemangsa mereka ditakuti anak-anak, serta Manny yang kesulitan merelakan Peaches menikah dengan Julian. Belum lagi sekawanan burung dinosaurus pemangsa yang mengejar Buck. 


Sementara saya masih bolak-balik meragukan rating PG-13 yang terpampang di website review movie, Ice Age ini termasuk aman karena ratingnya PG. Buat anak-anak seru, buat orang dewasanya memberikan nasihat tersendiri. Buat yang jomblo, tidak perlu khawatir karena bahkan Sid dapat menemukan jodohnya. Ups jadi spoiler.

Baca juga: Tips Memilih Film Layak Tonton Untuk Anak

Ice Age yang reviewnya jelek di mana-mana ini tidak seburuk yang ditulis semua orang. Okelah ceritanya sudah maksa, dan pesan moralnya standar. Tapi sebagai orang tua, menyenangkan untuk diingatkan bahwa semuanya mengalami masalah yang sama. Separation anxiety dengan anak yang mulai remaja (Manny dan Peaches), tidak yakin bisa jadi orang tua yang baik (Diego dan Shira) bahkan teguran supaya jadi orang tua kita juga mendengarkan suara anak (keluarga dino terbang).

Dudu suka? Well, dia senang sih, karena dia memang senang dengan keluarga Manny. Ketika dibilang menang kuis pun, dia langsung semangat. “Ada Manny, Ellie dan Peaches, Ma.” Menurut dia, binatang-binatang itu keren karena sudah survive dari Ice Age pertama. Haha. Padahal tadinya dia sudah tidak mau nonton film yang targetnya anak Balita lagi.


Ice Age tidak seram, meskipun ada Diego dan sekawanan dino terbang yang giginya tajam itu. Jadi anak batita sepertinya bisa dibawa nonton ini juga. Filmnya juga hanya 1 jam 30 menit, kurang lebih sama dengan Angry Birds. Tapi bedanya kalau Angry Birds itu cepat selesai, film ini terasa lebih panjang dan lebih santai nontonnya. Jadi lebih worth it.

25 July 2016

Seribu Hari, Satu Aplikasi

Seribu hari pertama adalah golden period, tapi sekaligus juga critical period, jadi apa yang terjadi saat itu dapat mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya. Kalimat dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, pada acara peluncuran aplikasi PRIMA oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Hari Anak Nasional kemarin, mengingatkan saya akan tanggung jawab untuk membesarkan generasi masa depan bangsa yang sehat. 


Si Dudu sudah 10 tahun, mau apa download PRIMA yang berfokus pada 1000 hari pertama si anak? Eits jangan salah, justru karena anak saya sudah besar, saya harus download PRIMA. 

24 July 2016

Annual Pass Dufan dan Cerita Nostalgia

Salah satu lagu anak-anak jaman saya SD bunyinya seperti ini: Masuk di Dunia Fantasi, dunia ajaib yang mempesona...” Hampir satu dekade sejak kunjungan terakhir saya ke Dufan, ternyata sudah banyak yang berubah. Okelah, kali ini karena ada promo annual pass Rp. 270.000/orang di bulan puasa, saya jadi memantapkan diri ke Dufan.


Turangga-rangga alias komedi putar yang Dufan banget.


23 July 2016

Cita-Cita Anak Jaman Sekarang

Tergelitik pembicaraan beberapa Mama akhir-akhir ini, saya jadi iseng nanya ke Dudu. Cita-citanya apa, nak? Jawaban Dudu, ya sebelas duabelas sama rekan-rekan seumurnya yang mau jadi Youtuber atau Vlogger atau Selebgram. “Aku mau jadi pemain walkthrough game zombie.”

Sebelum bercita-cita jadi pemain gamenya, dia pernah jadi pemeran zombie-nya
Adalah itu idolanya namanya Red Brat (atau Brad?) yang mengulas game Zombie secara lengkap, dan kadang lengkap dengan sumpah serapahnya. Nonton keseringan, sekarang si Dudu bisa menceritakan ulang lengkap dialognya dengan sumpah serapah yang sudah disensor jadi huruf depannya saja atau diganti bunyi “piip”.

Mama:
Ngga dilanjutin?
Dudu: Kan kata Mama, nanti kalau sudah punya KTP baru boleh bilang bad words

Sayangnya Dudu tidak tahu kalau warga negara asing tidak akan punya KTP haha.

22 July 2016

Kumpulan Cerita Kreatif Kita

Pertanyaan yang sering muncul ketika saya melihat anak belasan tahun sudah berprestasi adalah: “saya ngapain saja umur segitu?” Sekarang saya dihadapkan dengan anak pra-remaja, umur Dudu sudah 2 digit lho, dan mungkin saya harus mempersiapkan anak ini untuk jadi remaja kreatif. Caranya?

Waktu SMA dulu saya pernah bikin tabloid gossip dong. Yang digambar layout, ditulis tangan, difotokopi dan disebarkan ke satu angkatan. Kolaborasi sama teman yang bisa gambar kartun. Gosip kakak kelas, adik kelas, gosip guru, gosip pengurus yayasan sekolah, pokoknya semua kena jadi bahan. Tapi tidak berlangsung lama karena saya capek buatnya manual, meski penulisannya juga sudah dibantu teman. Fotokopinya juga repot.

Jaman sekarang Dudu lebih enak. Katanya dia mau jadi pemain walkthrough di Youtube. Sekarang juga anaknya sudah sering minta masuk video sedang menjelaskan objek wisata. Sayangnya, sama seperti si Mama dulu, kita tidak punya sumber daya yang memadai (maksudnya kamera dan mic) untuk membuat video yang bagus. Jadi kreativitas Dudu sebagai Vlogger berhenti di rekaman standard yang menjamur di hard disk komputer Mamanya.

Dari hobi nulis, jadi ikut lomba dan masuk booklet salah satu susu formula
Jaman SMP, saya juga sering menulis dan mengirimkannya ke majalah sampai dimusuhi teman sebangku. Soalnya dia kira dongeng yang dimuat di majalah sekolah itu terinspirasi dari perseteruan kita beberapa hari sebelumnya. Sebenarnya memang iya. Kan ide bisa datang dari mana saja ya, dan sebagai penulis kita bebas menentukan sudut pandang. Bebas dong siapa yang jadi serigala dan siapa yang jadi domba di fabel tulisan saya itu. Untungnya kita sudah baikan ketika si teman mau pindah sekolah.

Mungkin itu hal ter-kreatif yang pernah saya lakukan ketika remaja. Dan gara-gara itulah saya jadi cinta sama yang namanya menulis. Disuruh 1 halaman folio, essay saya luber sampai ke lembar berikutnya. Saya sampai berdebat dengan guru Bahasa Indonesia bahwa tulisan yang belum selesai itu harus dilanjutkan sampai tamat meskipun panjangnya melebihi ketentuan. Kebiasaan ini saya bawa sampai sekarang dan saya jadi repot kalau ada pembatasan jumlah kata dalam sebuah lomba atau postingan. Kalau tulisan lepas bebas seperti yang ini bisa sekali jadi, tulisan yang memberikan batasan jumlah kata harus 2-3 hari karena selesai saya tulis, saya diamkan dulu baru kemudian diedit.

Jaman Dudu remaja besok, pasti sudah bukan menulis lagi. Meskipun Dudu senang membuat cerita, tapi dia tidak suka duduk mengetik terlalu lama. 1-2 paragraf habis itu dia bosan. Tapi kalau disuruh bicara, dari matahari terbit sampai terbenam dijamin belum selesai. Ceritanya selalu tentang game, jadi Dudu saya masukkan kelas coding. Okelah kalau dia malas menulis yang terlalu panjang, tapi kalau belajar coding dia betah duduk manis mengotak-atik hingga gamenya jadi sesuai keinginan dia. Jadi mungkin ketika dia remaja kelak, dia bisa menuangkan kreativitasnya dengan game.

Ini buatan Dudu (dan saya) lho.
Oh, ada satu lagi yang terlewat. Once upon a time, saya bercita-cita mau jadi fashion designer. Ya macam Tex Saverio begitu. Tapi saya tidak bisa menggambar, mewarnai dan hanya bisa membayangkan ide-ide di kepala. Saya suka membuat tambahan baju sendiri untuk boneka kertas bahkan menjahit baju barbie dari kain perca. Lalu suatu hari saya ikut lomba desain baju barbie dari Toys R Us dan entah bagaimana saya dapat juara 3. Senang memang, meskipun ketika melihat hasil karya juara satu, saya langsung hilang mood menggambar. Soalnya sementara saya hanya pakai pensil 2B dan pensil warna biasa, si juara satu sudah pakai spidol emas dan perak yang saat itu tidak terbeli oleh saya. Sedih juga rasanya seperti kalah modal dan usaha, bukan kalah kreativitas.

Sampai di sini saya jadi berhenti sejenak. Tenyata ada toh yang saya hasilkan ketika remaja dulu. Ada juga hasil kreativitas yang bisa diceritakan dan dibanggakan, meskipun tidak harus ditiru si Dudu. Agak bertanya-tanya juga kok saya malah sibuk aneh-aneh bukannya pacaran ketika remaja dulu? 

Pas punya anak jadi senang scrapbooking
Last but not least, let me end this creativity rambling with a story. Jadi ketika saya mengikuti ujian kenaikan kelas saat SMP, guru penjaganya bukan dari SMP saya. Tapi tukaran dengan guru dari SMP lain. Ujian ini diberikan waktu pengerjaan dan murid yang sudah selesai tidak boleh keluar kelas. Harus menunggu sampai waktunya habis. Jadilah karena saya bosan, saya mulai membawa setumpuk kertas origami ke dalam kelas, yang kemudian disita guru penjaga. Ketika saya sudah selesai mengerjakan ujian, saya hampiri guru penjaga, saya tukar kertas ujian saya dengan kertas origami. Bisa ditebak kalau sisa waktu ujian itu dihabiskan dengan membuat burung, bunga, kupu-kupu dan segala macam bentuk yang bisa saya hafalkan lipatannya. Kreatif mengisi waktu daripada bengong menunggu bel tanda waktu habis berbunyi.

Pantesan sekarang si Dudu juga suka aneh-aneh. Ternyata saya dulu juga macam-macam kelakuannya.

18 July 2016

Berburu Pokemon di Dufan

Saya serasa balik lagi ke awal 2000an, ketika si Pikachu yang lucu itu jadi idola. Sekarang dengan kemajuan teknologi, kita tidak perlu lagi mengikuti petualangan Ash dan teman-temannya mencari Pokemon. Soalnya sekarang kita yang mencari Pokemon sendiri di game bernama Pokemon Go!


Sheva, Dudu dan Fabio dalam misi mencari Pokemon di Dufan
Pokemon Go! dirilis awal bulan Juli.Gabungan nostalgia dan teknologi bagi pemain dewasa, game ini seru juga dimainkan bersama keluarga. Ketika log in, pemain mendapatkan karakter kita sendiri dalam bentuk avatar. Dengan bantuan GPS, pemain dapat melihat peta lokasinya berada dan mencari lokasi Pokemon terdekat untuk ditangkap dengan Pokeball. Tapi kita harus benar-benar berkeliling untuk mengunjungi tempat-tempat ini.

16 July 2016

Memilih Sepatu Sekolah untuk si Pra-Remaja

Seperti apa sih rasanya punya anak pra-remaja? Pusing. Bukan karena mulai naksir cewek, atau mulai membantah orang tua, tapi karena tidak ada ukuran sepatu yang muat. Ketika akhir tahun lalu saya ke department store mencarikan Dudu sepatu untuk pernikahan om-nya, saya kaget karena ukurannya tidak ada yang pas.

Dudu, usia 10 tahun, tingginya sudah hampir sama dengan Dufan.
Teman-teman saya yang punya anak perempuan tidak pernah mengeluhkan hal ini, mungkin kalau perempuan tidak ada “jeda” ukuran kaki. Tapi saya juga tidak pernah melihat kedua adik laki-laki saya kesulitan cari sepatu di usia menjelang SMP. Lalu kenapa sudah setahun belakangan ini saya stress karena pilihan sepatu si Dudu terbatas. Sudah laki-laki, yang modelnya begitu-begitu saja, ukurannya pun tidak semua model punya. Emang berapa sih ukuran kaki Dudu? Tahun lalu saya belikan 35, untuk tahun ajaran baru ini sepertinya saya harus siap berburu ukuran 36 atau 37 untuk laki-laki. 

15 July 2016

8 Alasan Kita Menginap di The Sunan Hotel Solo

Selalu ada yang pertama. Selama 30 tahun saya bolak-balik ke Jawa, baru kali ini saya menggunakan pesawat terbang dan mendarat di Adi Sumarmo. Baru kali ini juga booking hotelnya lewat apps. Kami menginap di The Sunan Hotel Solo, baru kali menginap dan sepertinya akan kembali lagi. Why? Please read along our reasons below. 



1. Datang pagi bisa registrasi. 
Karena harus menghadiri kebaktian pemberkatan nikah sebelum jam makan siang, saya datang jauh sebelum jam check in. Tapi Mbak Resepsionis The Sunan Hotel dengan ramahnya mencatat nama untuk registrasi terlebih dahulu jadi sepulang kebaktian saya hanya tinggal minta kunci di resepsionis. Memesan hotel lewat apps Traveloka, saya tidak perlu print konfirmasi. Cukup menyebutkan nama pemesan dan resepsionis bisa langsung mencarikan pesanan kita untuk check in.

12 July 2016

Kisah Kamera Ponsel, Konser K-Pop dan Saya


Saya tim kamera digital. Jadi kamera ponsel bukan kebutuhan utama. Sampai saya berada di pintu masuk sebuah museum yang mengharuskan pengunjungnya membayar untuk membawa kamera digital masuk ke dalam. Kamera jenis apapun bayar kecuali kamera ponsel. Dan mendengar penyesalan saya, si Dudu komentar, “Mama sih, kamera ponselnya jelek.”

ARGH!



Jadi ini foto "selfie" kita yang harus dipindahkan dulu sebelum diupload.

09 July 2016

The Legend of Tarzan

Banyak cerita yang berkisah tentang Tarzan, namun belum pernah si raja hutan ini menjadi seorang superhero. Mengikuti trend Superman, Captain America dan X-Men, film yang satu ini menawarkan lebih dari sekedar cerita anak manusia yang dibesarkan sekawanan Gorilla di Africa.


Kemunculan pertamanya membuat saya terkejut, karena bukannya bergelantungan di pohon, Tarzan duduk di meja berhadapan dengan utusan kerajaan sebagai John Clayton III. Undangan kerajaan Belgia untuk melihat daerah jajahannya di Congo berujung pada investigasi perbudakan dan penculikan Jane oleh utusan Raja Belgia, Leon Rom, yang ternyata punya agenda sendiri dalam mengundang Tarzan ke Congo. Ditemani George Washington Williams, seorang mantan tentara perang saudara dari Amerika, mereka menyelamatkan Congo dan Jane.

Mama: Ceritanya apa Du?
Dudu: Tentang seorang Tarzan yang pulang kampung ke Afrika untuk menemui teman-temannya.
Mama: Jadi Tarzannya mudik?
Dudu: Kan kita menontonnya juga pas mau lebaran?

Satu jam pertama saya bosan. Ada flashback di sana sini, tapi tidak ada konflik atau keseruan berarti. Bahkan setelah Jane diculik, pergerakannya masih agak lambat. Setengah jam terakhir baru semangat karena binatangnya keluar semua. Dudu sempat protes karena saya melontarkan prediksi-prediksi hal yang akan terjadi. Terutama saat saya billang si Leon Rom jahat. Lah, kan sudah kelihatan dari mukanya juga kalau dia penjahat?

Mama: Menurut kamu Tarzan gimana?
Dudu: Tarzan bagus
Mama: Paling bagus adegan apa?
Dudu: Bagian akhirnya ketika Tarzan dan Jane akhirnya punya anak.
Mama: Yaelah. Cape deh.


Buat yang nonton bawa anak, coba perhatikan ini:

Tarzan durasinya 110 menit dan ratingnya 13+ kalau di Indonesia. Dan tidak seperti Superhero PG-13 lainnya macam Avengers dan X-Men, film ini jadi PG-13 (sepertinya) karena ada beberapa adegan dewasa yang dipotong. Dan di bagian akhir ada adegan ciuman yang saya rasa kena sensor karena terasa seperti dipotong. Dudu saja berasa kalau Tarzan dan Jane tidak jadi ciuman dan adegannya lompat ke ending cerita.

Bagus? Yes. Awalnya mengira akan benar-benar bosan, dan saya meng-iyakan ajakan nonton ini karena nama pemeran Tarzan haha. Alexander Skarsgard adalah pemeran Eric Northman, vampir kesukaan saya di True Blood. Alexander ini anaknya Stellan Skarsgard pemeran Dr. Eric Selvig di Thor dan Avengers. Ternyata film ini banyak “pesan moral”nya juga. Ketika anak kepala suku Africa membunuh Gorilla ibunya Tarzan, mereka menganggap Gorilla hanya hewan. Di lain pihak, orang-orang Eropa yang datang ke Afrika dan memulai perbudakan juga memandang rendah suku lokal. Serunya lagi, ketika Tarzan mencoba berdebat dengan si kepala suku, dia tidak didengarkan hanya karena dia berasal dari kawanan Gorilla. Namun ketika si Dokter Williams yang juga berkulit hitam mencoba berargumen, si kepala suku menyerah. Jadi, well, banyak yang bisa dianalisa dari film ini. Tapi sebenarnya, semua dimulai dari nama Alexander Skarsgard yang ada di poster film.

Di akhir cerita, saya jadi bertanya-tanya apa Tarzan ini superhero? Rasanya bukan deh. Soalnya meskipun dia termotivasi menyelamatkan teman-temannya di Africa, endingnya dia hanya berusaha menyelamatkan Jane. 


Dan karena saya ribut Tarzan cakep sepanjang film, Dudu jadi penasaran. Selama ini dikiranya saya suka tipe boyband Korea haha.

Dudu: Jadi tipe Mama seperti apa?
Mama: Ya seperti si Tarzan itu.
Dudu: Yang bisa berayun di hutan?
Mama: Bukannnnn. Aktornya... Aktornya.
Dudu: Ooo...

Cape deh.

03 July 2016

Playdate With Dudu: Singapura - Legoland

“Ke Singapura yuk.” Ajakan seorang teman di bulan April lalu, imbas euphoria suksesnya jalan-jalan naik kereta ke Malang Imlek kemarin menjadi awal direncanakannya playdate ini. 

Welcome (back) to Singapore!
Tahun ini seperti biasa, Andrew yang warga negara asing harus ke luar negeri untuk perpanjangan ijin tinggal dan saya butuh refreshing. Yuk pergi. Toh ke Singapura lebih seru kalau ada teman yang seumuran.

Gara-gara sharing foto playdate kemarin, ada beberapa teman yang bertanya tentang itinerary dan biaya perjalanan. Biasanya saya tidak sharing rencana perjalanan karena saya tidak detail menuliskan jam berapa mau ke mana dan bagaimana. Biaya perjalanan juga untung-untungan tergantung ada promo apa dan di mana belinya. Tapi boleh dicoba juga sesekali menulis dengan gaya berbeda.

Singapore itinerary
Rencana ke Singapore