22 August 2016

5 Fakta Seru dari Seminar ASI IDAI

ASI selalu jadi pembicaraan hangat, bahkan bertahun-tahun kemudian ketika anak saya sudah masuk 10 tahun usianya. Minggu lalu, ketika para ibu menyusui di kantor saya berhasil meminta HRD untuk membawa kulkas dan menyediakan ruang menyusui di tempat outing (yes, para ibu-ibu bisa ijin pompa di tengah outbound begitu), rasanya saya jadi melihat lagi perjuangan para ibu ASI ini.

DR.Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K),
Ketua Umum IDAI, memberikan cerita sambutan
.
Si Dudu juga anak ASI, tapi saya tidak memaksakan dia jadi anak ASI. Bukan eksklusif karena dia minum susu formula juga, dan makan pisang di usia 5 bulan. Waktu itu yang namanya menyusui tidak pakai teori karena menurut saya ya mamalia yang lain baik-baik saja kok, kenapa saya harus stress. Baru kemarin inilah saya menghadiri seminar ASI yang diadakan di Kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan menemukan berbagai pemikiran menarik. Let me share that with you.
  • Jangan jadikan ASI sebagai makanan pendamping. Ketika anak mulai MPASI, maka biasanya kita jadi seru sendiri. Saya yang tidak masak saja waktu itu sibuk membeli MPASI instant dalam botol kaca dengan berbagai rasa. Mulai dari ubi sampai beet. Apalagi ketika anak sudah bisa makan sereal padat, wah semakin seru lagi petualangannya. Tapi anak masih ASI, dan keasyikan makan plus dokumentasi sering menjadikan ASI sebagai “yang kedua.” Inilah yang harus diingat, bahwa MPASI itu singkatan dari makanan pendamping ASI. Maksudnya ya kalau sudah selesai minum ASI baru diberi makan.
    dr. Yoga Devaera, Sp.A(K), Satgas ASI IDAI
  • Ada nutrisi yang tidak bisa dipenuhi ASI setelah anak usia 6 bulan. Bukan jenisnya, tapi jumlahnya. Menurut dr. Yoga Devaera, Sp.A(K), Satgas ASI IDAI, “setelah anak berusia 6 bulan ada kesenjangan energi yang harus dipenuhi dan ditutup dengan makanan pendamping.” Kesenjangan tiap jenis (protein, zat besi dan vitamin A) berbeda-beda, sehingga pada saat memberikan makanan, kita harus memperhatikan jumlahnya.
  • Tingkat pemberian ASI Ekslusif lebih tinggi pada ibu yang tidak bekerja. Riset Satgas ASI tahun 2016 menyebutkan 49% (atau 46% pada riset yang dilakukan di Rumah Sakit) sebagai presentasi para ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
  • When you’re happy, your baby will get plenty. Saya sering dengar bahwa kalau ibunya stress, ASI yang keluar sedikit. Dan ternyata itu bukan hanya mitos karena pada seminar ASI kali ini, disebutkan ada 2 macam hormon yang berperan dalam pemberian ASI. Yang satu untuk produksi yang satu lagi untuk mengeluarkan/eskresiASI. Nah, hormon untuk proses yang kedua ini rupanya banyak dipengaruhi oleh stress tidaknya si ibu. Jadi untuk para ibu ASI, stay happy.
  • ASI turut berperan dalam perkembangan global. Tahun ini Pekan ASI sedunia dirayakan dengan tema “Breastfeding is a Key for Sustainable Development.” Menurut presentasi yang ditayangkan pada seminar pekan ASI di IDAI, menyusui menyumbang 302 milyar USD setiap tahun pada pemasukan perekonomian dunia. Di Indonesia, 14% gaji orang tua digunakan untuk membeli susu formula bayi di bawah 6 bulan. Dengan menyusui, orang tua dapat menggunakan 14% tersebut untuk pengeluaran yang lainnya.
Dr. Yovita Ananta, Sp.A, MHSM
memaparkan pentingnya ASI bagi perkembangan global
Sekarang saya jadi tahu lebih banyak tentang ASI. Si Dudu ASI hingga usia 2 tahun dan termasuk anak yang jarang sakit. Saya tidak IMD lama-lama, dan Dudu minum susu formula juga di rumah sakit waktu itu. Tapi sepulangnya dari rumah sakit pun, dia menyusui baik-baik saja, tidak bingung puting dan tidak ada kendala berarti. Tetap semangat ya para ibu ASI.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.