09 August 2016

Buku Panduan Berani ke Dokter Gigi

Siapa yang anaknya takut ke dokter gigi? Bagaimana kita membujuknya? Apakah Mama semua tahu bahwa ASI bisa membuat gigi bolong? Lalu kapan sebaiknya kita memberikan makanan manis pada anak? Semua pertanyaan itu terjawab di acara launching buku cerita seri gigi oleh Komunitas Kejora yang pendirinya adalah 2 orang dokter gigi.



drg. Tara Prathita SpKG dan drg. Stella Lesmana bertemu di tempat kerja. Stella yang dokter gigi anak sering menemukan para pasien ciliknya ketakutan ke dokter gigi dan datang dalam keadaan menangis. Jangankan anak-anak, orang tua saja sering takut memeriksakan gigi. Termasuk saya. Padahal kuncinya sederhana, memberitahu anak tentang proses pemeriksaan gigi sehingga anak yakin kalau ke dokter gigi itu bukan berarti akan selalu menyakitkan. Selain itu, pada pasien anak-anak, banyak pula ditemukan orang tua yang kurang perduli dengan kesehatan gigi anak. Sehingga mereka datang ketika gigi anak sudah bolong.

Memang seram sih, kalau kunjungan pertama ke dokter gigi adalah untuk menambal gigi bolong.


Karena itu kedua dokter gigi yang cantik (kata Dudu lho) membuat buku cerita ilustrasi tentang kesehatan gigi. “Kenapa buku cerita? Karena anak tidak suka digurui. Melalui buku prosesnya sharing dan anak-anak bisa lebih paham,” jelas Tara. “Ide ceritanya datang dari kami berdua, dibantu ilustrasi oleh Nathan Adianta dan psikologi oleh Saskhya Aulia Prima agar hasilnya ramah anak,” tambah Stella.



Para dokter dan ilustrator di balik kedua buku bersama perwakilan Gramedia
Buku cerita yang diluncurkan sore itu di Playparq Kemang berfokus pada petualangan dua orang kakak adik, Juno dan Noura. Yang pertama bercerita tentang kunjungan mereka ke dokter gigi sementara yang kedua tentang kesehatan gigi secara umum. Di buku pertama, menurut Stella, anak bisa mengerti prosedur apa saja yang dilakukan dokter gigi dan peralatan apa saja yang digunakan sehingga pada saat harus beneran datang ke klinik dokter gigi mereka tidak ketakutan. Lalu berlanjut ke buku kedua yang menjelaskan apa yang terjadi di dalam gigi sehingga anak paham dan lebih rajin menyikat gigi tanpa harus dimarahi dulu.

Dudu langsung jatuh cinta dengan kedua buku itu, padahal awalnya saya agak pesimis karena bacaan dia di sekolah sudah sejenis Percy Jackson dan Hunger Games. Tapi buku Seri Gigi dari Kejora ini punya kejutan lain: Flip-on. Jadi sambil membaca, anak bisa membuka-buka bagian tertentu untuk melihat kelanjutannya. Jadi interaktif banget. Dan karena saya termasuk yang takut sama doter gigi, maka Dudu jadi semangat mendapatkan informasi baru dari membaca kedua buku tersebut, dan langsung minta dibelikan pasangannya karena di dalam goody bag kami hanya ada 1 buku. Haha. 



Lebih seru yang mana, Du?
“Aku lebih suka cerita yang ke dokter gigi, karena mengajarkan anak-anak untuk tidak takut ke dokter gigi, kalau dokter gigi tidak seram tapi cantik.”

Membaca buku merupakan kegiatan alternatif menyenangkan untuk keluarga. Menurut Psikolog Sashkya Aulia Prima yang turut hadir dalam acara tersebut, kalau gadget hanya bisa mempertahankan attention span seorang anak hingga 4-7 detik, buku bisa menstimulasi anak untuk memberikan perhatian lebih panjang. Meskipun anaknya sudah bisa membaca sendiri, saya masih mendampingi Dudu karena siapa tahu dia ada pertanyaan. Bukan berarti saya bisa jawab karena saya juga takut dokter gigi, tapi siapa tahu saya bisa bantu. Nah, buat yang anaknya masih kecil, ada tips membaca buku yang tepat dari Saskhya.



Psikolog Saskhya Aulia Prima sedang menjelaskan tips memilih buku
Dongeng tentang kesehatan gigi oleh Kak Hendra dari Ayo Dongeng Indonesia
  • Pilih buku sesuai usia anak dan tujuannya. Misalnya mencarikan buku dengan cerita sederhana yang dekat dengan keseharian si kecil, atau buku yang lebih rumit untuk anak yang lebih besar agar tidak cepat bosan. Seperti buku seri Gigi yang ditulis Kejora ini, mengenalkan tokoh Jojo dan Noura yang seusia para pembacanya dan mengalami permasalahan yang serupa yaitu khawatir ke dokter gigi.
  • Jadikan buku sebagai sahabat yang bisa dibawa kemana-mana. Carikan buku tahan air atau buku karton tebal yang tidak mudah sobek untuk anak yang lebih kecil. Ajarkan bahwa membaca bisa dilakukan setiap saat.
  • Biarkan anak membalik bukunya. “Orang tua sering tidak sabar menunggu kapan anak akan selesai dengan satu halaman cerita,” kata Saskhya, “Membiarkan anak membalik buku berarti mendukung kesiapan anak untuk berkenalan dengan hal baru.” Bahkan hal seperti merobek buku pun sebenarnya adalah stimulasi motorik halus bagi si kecil. Namun, bukan berarti si kecil bebas merobek buku ya. 
Acara launching ditutup dengan bermain tebak-tebakan mitos atau fakta. Dudu yang sudah puas bermain di Playparq ikut tertarik menebak.

ASI dapat menyebabkan gigi berlubang.

FAKTA. Karena ASI mengandung gula (laktosa) yang memang dibutuhkan oleh si kecil. Tapi jangan khawatir, selalu bersihkan sisa susu dengan sikat jari atau lap gusi setelah minum ASI, terutama bila anaklangsung tertidur setelah minum susu.

Kalau gigi susu berlubang, tidak perlu di tambal, nanti kan lepas juga dan ganti yang baru.

MITOS. Lubang pada gigi susu sama berbahayanya dengan pada gigi tetap karena berpotensi mengakibatkan abses apabila dibiarkan. Abses kemudian menyebabkan gigi goyang dan harus dicabut. Gigi yang dicabut sebelum waktunya dapat menyebabkan gigi bergeser dan tumbuhnya berantakan.


Ada yang antusias menyimak tebak-tebakan mitos dan fakta
Mengemut makanan dapat menyebabkan lubang gigi
FAKTA. Nah ini yang menarik. Ternyata kadar keasaman mulut itu berubah sesuai jumlah karbohidrat yang dimakan, karena glukosa yang merekat lama pada gigi diolah menjadi bakteri yang menggerus mineral gigi. Jika gigi bersih maka mineral gigi dapat dipulihkan oleh air liur. Karena waktu remineralisasi ini adalah 20 menit hingga 1 jam maka sebaiknya memberikan anak makan manis di waktu makan utama sehingga proses ini tidak terhambat dan gigi jadi berlubang.

Flouride tidak baik untuk anak Batita

MITOS. Menurut drg Tara dan Stella, flouride ini justru dibutuhkan untuk melapisi gigi agar tidak mudah tergerus oleh asam. Namun diatur jumlah pemakaiannya, misal untuk anak batita, odolnya hanya berupa lapisan tipis di atas sikat gigi.

Kalau rajin sikat gigi, pasti gigi tidak berlubang.
MITOS. Kalau hanya rajin, tapi sikat gigi tidak dilakukan secara benar, maka gigi tetap dapat berlubang. Menggosok gigi yang benar itu harus ke atas dan bawah, bukan ke kanan dan kiri. Maka ajarkan anak sejak kecil cara gosok gigi yang benar. 
Main Praktek menambal gigi persembahan Babylonia

Praktek cara gosok gigi yang benar


Atau, daripada bingung, bisa baca buku seri gigi yang dijual di Gramedia ini.

Mama: Kamu dapat berapa yang benar?
Dudu: Aku dapat 2 yang benar, Yang satu tentang kalau gigi susu berlubang tidak perlu ditambal dan yang satu lagi tentang mengemut makanan.

Hebat juga ya si Dudu.

4 comments:

  1. mungkin aka-0anak janagn ditakut2in ya, banyak ortu suka nakut2in shg anak takut ke dokter. kalau aku saam anak-anak ketat sekali shg gigi mereka bersih dan aman, karena pengalamanku lagi kecil banyak makan permen dan coklat bikin gigiku rapuh dan langganan dokter gigi dan itu bikin trauma tersendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama Mba. Aku juga trauma bolak-balik ke dokter gigi. Sekarang terpaksa berani demi anak.

      Delete
  2. Oh baru tau ASI menyebabkan gigi berlubang. yang aku tau kalo nggak salah katanya gigi anak ASI lebih bagus (nggak rawan rusak) karena gula pada ASI relatif rendah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, aku juga salah pas tebak-tebak mitos bagian ASI. Katanya karena tetap ada gulanya, meski beda tipe sama gula susu formula. Jadi tetap harus dibersihkan setelah minum susu.

      Delete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.