30 September 2016

Review Buku: The Naked Traveler Anthology - Horror

Beda traveler, beda gaya, beda tujuan tapi sama seramnya. Buku ini merupakan kumpulan kisah horror yang diceritakan oleh Trinity dan teman-temannya: Ariy, Cipu, Jenny Jusuf, Murni dan Vira (Indohoy), Rini Raharjanti, Rocky Martakusumah, Susan Poskitt, Valiant Vabyo dan Yovita Liwanuru. Meskipun saya bukan pembaca non-fiksi jenis ini, namun karena saya penggemar horor dan misteri, maka buku ini sampai juga ke tangan saya. 
Ilustrasi sampul depan yang seram juga
Sampul belakang buku dan cuplikannya
ISBN: 9786021246528
Rilis: 2015
Halaman: viii + 184
Penerbit: Penerbit B First
Bahasa: Indonesia

Dapatkan buku ini di toko buku online Bukupedia

Sinopsis:
Dibuka dengan petualangan horror Trinity di Jepang lalu cerita horror Valiant tentang nenek-nenek di Edinburgh, cerita ini meski tergolong "seram," bukan cerita seram yang saya harapkan ketika melihat ilustrasi sampul buku. Mungkin karena horor luar negeri biasanya memang lebih tidak menakutkan dibandingan yang setting Indonesia, seperti cerita Jenny Jusuf misalnya. Bali memang sudah banyak cerita mistis dari sananya (yang horor maupun tidak) dan menemukan bahwa hal kecil juga bisa gara-gara diganggu penunggu rasanya jadi tambah seram.

Tapi favorit saya adalah cerita milik duet Indohoy yang berjudul Ternyata Banda Neira! Saya belum pernah ke Banda Neira, dan yang saya senang dari alur ceritanya adalah saya tetap bisa mengikuti ada di di mana kejadian horornya tanpa harus pernah ke sana. Tetap bisa membayangkan indahnya (atau seramnya?) Banda Neira. Apalagi saya penggemar cerita hantu yang jelas asal usul dan tujuannya, bukan hanya kepala sekadar menggelinding tapi kurang jelas milik siapa dan kenapa bisa terpenggal. Di cerita Banda Neira dijelaskan asal muasal cerita seramnya, bahkan ada sejarahnya.

Dan seperti biasa, buat saya buku jenis ini termasuk yang sekali dibaca selesai. Bisa buat selingan dibawa di busway kalau pejalanannya jauh dan macet. Tidak se-horror itu sampai kita cemas sendiri, tapi entah deh kalau pas baca pas lewat daerah seram macam Kota Tua gitu.

20 September 2016

7 Tempat Seru Untuk Menulis Selain Di Cafe

Ketika kopi menjadi salah satu kebutuhan utama ketika ngeblog, saya jadi berpikir apakah tempat mempengaruhi mood? Coffee shop kerap menjadi pilihan para penulis, apalagi ketika writer’s block melanda dan membutuhkan pergantian suasana. J.K. Rowling menulis Harry Potter di The Elephant House, sebuah coffee shop di Edinburgh. Lalu saya yang blogger ini biasanya menulis di mana?

Mau ngetik di mana, Ma?
Biasanya bukan hanya saya yang nongkrong, cari wifi dan minuman, tapi si Dudu juga. Kalau saya buka laptop dan mengetik, Dudu biasanya mengerjakan PR dan belajar ujian. Kalau belajar sudah selesai dia akan nonton Youtube atau main minecraft . Jadilah, kalau ngedate kami berdua harus mencari tempat yang pas dimana saya bisa mengetik dan Dudu bisa melakukan aktivitas lain tanpa merasa bosan menunggu saya menyelesaikan tulisan. Ternyata ada beberapa tempat dimana, selain ganti suasana, kita juga bisa dapat inspirasi baru.

19 September 2016

Kejujuran Kecil Seorang Mama

Dudu pernah bilang kalau “orang dewasa itu sering mengancam tapi bohong. Soalnya tidak benar-benar dilaksanakan.” Tulisan yang dibuatnya ketika mengikuti lomba menulis Aku Berani Jujur yang diadakan KPK itu membuat saya berpikir ulang untuk setiap ucapan yang saya lontarkan pada Dudu. Jangan sampai karena kebohongan-kebohongan kecil saya sebagai orang tua membuat Dudu sulit mempercayai apa kata orang dewasa, dan lebih parahnya menganggap bahwa ketidakjujuran adalah hal biasa.

Tulisan Dudu di Lomba Menulis "Aku Berani Jujur"
Dunia anak-anak itu simple dan jujur. Karena itulah, saya merasa sebagai orang tua, saya harus bisa menjaga tradisi kejujuran yang ada. Saya ingin membesarkan anak yang berani bilang "aku anak jujur". Seperti kata Pak Yoyo dari KPK di sebuah talkshow bertajuk “Membesarkan Anak Jujur” yang saya hadiri bersama Dudu beberapa waktu lalu, “yang penting kita sendiri jujur dulu.” Dari bangku talkshow itu, saya jadi menetapkan aturan jujur bagi diri saya sendiri. Kejujuran kecil yang saya lakukan, karena dampaknya bisa besar bagi tumbuh kembang Dudu kelak dan hubungan kami berdua. 

Kejadian kemarin malam: 
Dudu: Mama kok tidak tanya nilai aku? 
Mama: Oh iya hari ini kamu correction ujian ya. Dapat berapa? 
Dudu: Bahasa Indonesia aku second best. 
Mama: Yah… kok cuma second? 
Dudu: Mama tidak bangga ya? 
Mama: Nggak. Soalnya second best doang. Mana itu kan Bahasa Indonesia. Pelajaran paling gampang. 
Trus si Dudu sedih. Jahat amat nih Mamanya. Tapi dia tahu saya jujur. Kalau memang buat saya itu bukan prestasi ya kenapa harus obral pujian. 

12 September 2016

The Right Mixture For Your Ever-Changing Skin

“Kebanyakan pasien saya menggunakan produk bayi, karena berpikir bahwa produk tersebut aman unutuk bayi, apalagi untuk saya,” kata dr. Eddy Karta, seorang Dermatalogist Expert di acara launching IOMA awal September lalu di Lippo Mall Puri. Lha, saya juga pernah curi-curi pakai sabun si Dudu, hanya karena seorang teman melontarkan nasehat yang sama saat melihat wajah saya yang kering. 


Tapi tunggu sebentar, kenapa saya mendadak bisa duduk mendengarkan nasihat tentang kulit wajah di akhir pekan? Ceritanya begini.

11 September 2016

Mencari Waktu Untuk Diri Sendiri

Sebagai seorang full-time Mama yang waktunya habis untuk kerja dan nge-date sama anak, saya paling bingung kalau ditanya soal “Me Time”. Hah? Apaan tuh? Jadi, ketika tema hari terakhir One Day One Post Challenge dari Fun Blogging mengajak saya menuliskan Me Time favorit, saya tidak tahu mau menulis apa. 

Baca buku sambil dengerin musik juga bisa jadi Me Time (Photo by Dudu)
Hasil browsing menunjukkan definisi yang bervariasi, mulai dari menyediakan waktu untuk diri sendiri hingga melakukan hal yang mengurangi stress agar siap beraktivitas kembali. Me Time tidak melulu berarti sendirian, ada yang bilang berkumpul bersama teman, ngobrol, makan dan nonton bioskop bisa jadi Me Time. Me Time favorit saya apa ya? Baca buku sudah tidak bisa karena buku yang saya baca kebanyakan misteri jadi harus diselesaikan kalau tidak malah jadi kepikiran. Blogging juga sudah berevolusi jadi hobi yang menghasilkan, berarti saya memiliki tanggung jawab kepada pihak ketiga. Nonton film kebanyakan sama anak. Lalu?

05 September 2016

Train To Busan, Sebuah Film Zombie yang Berkesan

Kita selalu berpisah jalan ketika Dudu sibuk dengan zombie dan T-virus, sementara Mama setengah mati berusaha mengerti itu boyband K-pop menyanyi lagu apa. Minggu ini keduanya bergabung jadi satu di Train to Busan.

Menyaksikan trailer film ini ketika nonton Detective Conan, kita berencana nonton di Sweetbox lagi. Jadilah malam Minggu kemarin kita kembali ke Slipi Jaya untuk ngedate. “Aku harap film ini ada subtitle bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Kalau tidak aku tidak tahu mereka bicara apa.” Lha sama juga dengan Mama.


Train to Busan bercerita tentang seorang single dad (Gong Yoo) yang mengantarkan putrinya (Kim Soo Ahn) untuk bertemu sang ibu. Perceraian mereka, di mata si anak, adalah karena sang ayah terlalu sibuk bekerja hingga melupakan keluarganya, termasuk kebahagiaan si anak. Bahkan pada awalnya, untuk mengantarkan si anak ke Busan pun, ayahnya tak ada waktu. Perjalanan dengan kereta yang seharusnya hanya 1 jam itu berubah jadi seharian plus pertarungan melawan zombie yang tanpa sengaja naik ke gerbong kereta dan menginfeksi semua orang.

04 September 2016

Jajanan Pasar, Rasa Yang Diwariskan.

Waktu kecil saya picky eater. Lupakan sayur dan Buah (kecuali mangga dan durian), saya karnivora yang lebih memilih daging sebagai lauk. Tapi kalau soal mengemil, saya ratunya. Dan ternyata beberapa kue jajanan pasar kesukaan saya menurun ke Dudu. 


Dudu waktu kecil semangat makan kue lapis 
Yang namanya jajanan pasar itu sesuatu buat saya, yang meskipun bukan fans masakan tradisional seperti opor dan soto, tapi fans berat jajanan tradisional. You name it, I’ve tried it. Dan salah satu misi saya sekarang adalah meneruskan “rasa” ini pada Dudu yang mukanya bule. Kalau kelak dia kembali ke negaranya, dia tidak lupa sama jajanan Indonesia. Kan Barrack Obama juga bisa cerita bakso, sate dan nasi goreng, masa Dudu yang tinggal lebih lama tidak bisa cerita lebih banyak. Memangnya apa sih yang dimakan?

02 September 2016

Nonton Meitantei Conan di Sweetbox CGV

A lot of good guys and a lot of bad guys, but there's only one truth. FIlm Detective Conan tahun ini serunya berlipat ganda karena tokohnya muncul semua. Setelah menunggu sekian lama, saya dan Dudu akhirnya nge-date juga nonton Conan sekalian mencoba Sweetbox di CGV Slipi Jaya yang ternyata recommended juga kalau nonton berdua anak. 


Filmnya dibuka dengan adegan kejar-kejaran seru antara anggota organisasi hitam yang kepergok mencuri data NOC, FBI (diwakilkan Shuichi Akai) dan PSB (diwakilkan si Bourbon alias Tooru Amuro). Si anggota organisasi berhasil melarikan diri tapi mengalami amnesia dan kemudian ditemukan Conan dan kelompok detektif ciliknya yang sedang berwisata ke Tohto Aquarium. Data yang dicuri si anggota organisasi sampai ke bos mereka dan mengakibatkan 3 orang NOC tewas dan 2 lagi (Kir & Bourbon) di ujung tanduk. Belum lagi untuk mengambil kembali anggota mereka yang diamankan polisi, Gin dan Vermouth menanam bom di ferris wheel Aquarium Tohto.