29 October 2016

Dilema Blogger Jadi Profesi

Di sebuah acara blogger yang saya hadiri pernah ada celetukan "saya kira fenomena blog hanya sebentar, ternyata sekarang malah jadi profesi ya." Eh, profesi? Iya, ternyata tanpa saya sadari, sekarang ini saya juga sudah mengamini bahwa blogger itu profesi.

Iyalah, kan tahun lalu saya ikut workshop yang judulnya saja "dari hobi jadi profesi." Dan beberapa bulan lalu saya buat kartu nama baru untuk profesi saya ini sampai akhirnya kemarin beli domain. Ini semacam terlanjur nyemplung terus terbawa arus haha.


Lalu postingan ini jadi semacam kode keras bahwa saya akan punya blog kedua. Boleh lah ya headernya aja diposting di sini karena blognya (dan postingannya) belum sempat dimigrasi.

Semacam reminder biar menyisihkan waktu ngeblog
Tapi kalau ditanya secara gamblang "apakah blogger sebuah profesi", seperti di twitter @BloggerCampID pas Hari Blogger Nasional kemarin, jawaban saya adalah "jangan sampai jadi profesi." Kok, begitu? Soalnya kesannya berat banget hahahhaa. Kalau dengar profesi yang pertama terpikirkan adalah dokter, lawyer dan segala bentuk pekerjaan yang resmi dilakukan setelah menempuh beberapa tahun pendidikan formal. Meskipun secara harafiah profesi lebih kepada pekerjaan yang membutuhkan keahlian tapi rasanya masih aneh menggabungkan kata blogging dan profesi dalam satu kalimat.

Pas Hari Blogger Nasional kemarin saya menulis status bahwa salah satu #berkahngeblog buat saya adalah ketika menulis bukan lagi sebuah pekerjaan tapi "turun pangkat" jadi hobi.

Berkebalikan dengan beberapa blogger (mungkin), saya masuk ke dunia tulis menulis sebagai professional. Menulis adalah pekerjaan dan saya menempuh pendidikan tinggi di bidang tulis menulis. Blogging hanya sampingan, curhatan saya soal anak yang harusnya dibaca keluarga di Indonesia (soalnya waktu awal blogging, saya dan Dudu masih tinggal di benua lain). Jadi intinya, blogging adalah diary update perkembangan Dudu buat Mama dan Papa saya. Lalu saya "pensiun," dan berhenti menulis untuk pekerjaan. Blogging masih jadi hobby tapi dunia ternyata sudah berubah. Sekarang ini blogger sudah sama diperhitungkan dengan wartawan dan blog sudah mulai dihargai sebagai media. 

Blog saya, mau tidak mau, berubah jadi lahan cari uang juga. Jadi saya batal "pensiun" soalnya saya masih mengambil undangan, menulis liputan dan menerima bayaran (dalam bentuk apapun) untuk penulisan. Yah, gimana dong?

Berkah ngeblog nih. Dudu jadi bisa beli mainan di Dotstoyland.com
Ini juga berkah ngeblog. Bisa ngedate di tempat seru!
Anak saya si Dudu bilang, "mama saya dulu wartawan, sekarang tukang jual popok di Blibli.com." Kalau saya minta dia bilang saya ini blogger, dia masih kurang paham. Soalnya "profesi blogger" yang saya tekuni tidak mengharuskan saya pergi ke kantor di jam-jam tertentu dan tidak kenal kata "tanggal gajian." Jadi di mata Dudu juga yang namanya blogger ini belumlah jadi profesi.

Dan jangan sampai jadi profesi. Soalnya kalau sudah jadi profesi, tulisan jadi ada beban. Yang membuat blogging menarik bagi saya adalah unsur personal dan kebebasan berekspresi yang ditawarkan. Kata "profesi" memberikan limitasi dan ekspektasi yang harus dipenuhi. 
 Blogging is something I enjoy and I love doing. If It turns into a job or profession, I'm afraid I'd lose the passion. 

Saya masih ingin jadi blogger yang menulis karena saya mau update cerita saya ke teman-teman dekat, keluarga jauh dan kelak jadi kenangan kalau Dudu sudah besar. Bayangan saya di masa depan, daripada buka album foto, dia bisa buka blog ini lalu baca sendiri ceritanya haha. Atau syukur-syukur dia ikut melanjutkan kisah yang tertulis di blognya. Dan itu jugalah kenapa saya bertekad menjalankan blog kedua yang saya belikan domain kemarinan itu. Karena saya mau update cerita sama Grandma and Grandpa serta keluarga Dudu yang kami tinggalkan di Benua sebelah sana ketika kami memutuskan untuk tinggal di Indonesia pada tahun 2008 kemarin. Alasan saya beli domain? Hanya karena takut hastag saya yang satu itu disambar orang.

Buat yang penasaran, ini lho sepupunya Dudu.
Ini foto terakhir kali mereka ketemu.
Idealnya begitu. Sekarang saya mengalir saja. Kalau arus profesi sudah mengalir terlalu deras, saya pasti cari batang kayu di pinggiran sungai yang bisa membawa saya ke tepi sambil menyaksikan yang lain melaju ke hulu.

Jangan tanya kapan blog yang ini jadi dotcom ya hahaha. Nanti kalau Blogger sudah jadi profesi saya.

6 comments:

  1. hahahahha ajualan diapers xD
    hatag yang mana mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyak, si Dudu kalau ditanya bilang saya kerjanya jual popok haha
      Hastag #DateWithDudu itu hehe.

      Delete
  2. Hahahaa toss mbak, aku juga masih blogspot. Sempet dulu ke dotcom tapi lepas lagi hihiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku udah beli dotcom satu, tapi nyambunginnya aja ngga sempat haha. Jadi cuma buat tag nama aja deh.

      Delete
  3. Ayo Ruth.. Semangaaattt.. *sesama yg baru beli domain di sebelah* Hahahaha. :)

    Btw, samapun. Kalau aku sebetulnya agak takut utk nyebut itu profesi. Soalnya jadi beban cyin. Apalagi aku awalnya dulu cuma buat curhat ibu-ibu hamil baru berenti kerja. Jadi ya gitu deh. Eh ternyata keterusan sampai sekarang. Dan salah satu alasan aku akhirnya beli domain lagi ya supaya blog yang lama bisa lebih personal lagi kayak tujuan awal dulu. Gak melulu isinya kerjaan emaknya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener banget. Ini cerita Mama dan Dudu biar ngga melenceng dari tujuan awal yang mau update info tentang anak. Sekarang lega udah ada domain satunya.

      Delete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.