23 December 2016

Monetized, Optimized and the Powerful Change of Social Media

Tujuan saya punya Facebook adalah biar bisa keep-in-touch sama teman-teman tanpa harus pusing dengan mengirim email dan bertukar kabar. Semuanya ada di timeline. Tujuan saya punya Twitter adalah, well, menuliskan pemikiran spontan yang akan nyampah kalau saya jadikan status Facebook. Sekarang saya kesulitan mempertahankan apa yang saya sebut sebagai idealisme saya karena sosial media (termasuk Facebook) sudah mengalami perubahan fungsi.

Sekarang sosial media itu alat cari uang dan sarana membangun image. "Sosial media bisa mengubah nasib seseorang," kata Ani Berta, blogger, influencer dan well, idola saya di dunia digital sebelah situ haha. "The Power of Social Media" merupakan tema bahasan kita di workshop sekaligus kumpul-kumpul blogger bareng CNI di Burger King Pasar Festival, Minggu, 18 Desember kemarin. Untungnya meskipun sosial media berubah, tidak ada yang berubah dari bercandaan dan gelak tawa blogger yang hadir. Sama ramainya kok dengan timeline twitter saya di jam itu. 


Kalau sudah ngumpul jadi seru. (photo by CNI)

Mungkin bukan cuma mengubah nasib, seperti kata Teh Ani, sosial media juga menjadi andil dalam perubahan sikap saya. Dulu kalau ikutan workshop, talkshow atau seminar apapun, saya senang mencatatat dalam buku dan kertas, sekarang saya "harus" ikutan live tweet dan live instagram. Sosial media bukan lagi sekedar sharing. "Sosial media dulu saya gunakan untuk sharing link blog saya," cerita Teh Ani, "Tapi blog itu kadang panjang dan orang jadi malas. Karena itu sosial media juga harus di optimized dan monetized." Caranya? Pertama-tama tentunya kita harus punya tujuan. Ada tujuan berarti ada arah, ada fokus dan ada semangat. Tujuan juga mempengaruhi konsistensi. Begitu nasihat pertama Teh Ani. Nah saya sudah gagal di poin pertama. Soalnya, kembali ke kalimat pertama di postingan ini, tujuan saya punya Facebook cuma supaya tidak kehilangan kabar teman. 

Jadi saya mencoba "membereskan" Twitter dan Instagram supaya memiliki tujuan monetized. Agak sulit memang. Tapi selain memberikan garis besarnya, di kumpul-kumpul blogger ini ada caranya juga kok, step-by-step yang mudah diikuti.

  • Tambah jumlah followers. Nambah followers itu harus organik, jangan beli. Dan kalau sudah punya follower cukup, jangan lupa interaksi. Interaksi ini ada etikanya. Kata Teh Ani kalau skill komunikasi yang baik ini juga dibutuhkan di dunia maya. Bukan berarti karena hanya berteman di dunia maya, dan tidak pernah bertemu di dunia nyata lantas kita tidak apa-apa kalau putus hubungan pertemanan. 
  • Buat content planner. Jadwalkan dengan tools. Teh Ani menyarankan Hootsuite. Saya sendiri sudah menggunakan Hootsuite, Tweetdeck dan Buffer untuk planning sosial media website Lomba Anak yang saya kelola. Tapi belum memaksimalkan tools untuk sosmed pribadi. Lalu membuat content plan, hari apa mau posting tentang apa dan tentu saja mix and match isi sosmed dengan video, gambar dan teks yang informatif. Kalau nge-twit harus diselesaikan dalam 140 karakter dan jangan sampai kalimatnya putus. 
  • Bangun kredibilitas. Paling gampang itu klik tombol share dan retweet. Tapi karena sosial media ini powerful, yang mau mengoptimized dan monetized harus lebih hati-hati dalam menyebarkan informasi. Saran Teh Ani, cek dulu beritanya dengan minimal 3 sumber media terpercaya dan pikir ulang sebelum menekan tombol karena apa yang kita share bisa berpengaruh ke kehidupan kita, misalnya saat sebuah perusahaan ingin menggunakan jasa kita. 
Ini penampakan Dashboard Hootsuite
Content Planner ala saya hahaha. Banyak yang ngga sesuai target nih.

Bicara soal perubahan, CNI juga berubah. Sudah 30 tahun sejak pertama muncul di Indonesia, dan CNI kini beralih ke e-commerce. "Sebagai pemasar, kita harus ikutin pasar maunya kayak apa nih? Bikin konten juga harus tahu bahasanya." Kata Nico Riansyah dari Digital Marketing CNI. Maklum, generasi sekarang yang melek teknologi berbeda dengan pendahulunya. Selama ini sukses dengan sistem MLM untuk memasarkan produk suplemen kesehatan, sekarang non-member pun bisa belanja lewat www.geraicni.com. Buat saya yang memang bukan seorang MLM enthusiast, adanya fasilitas e-commerce ini akan mempermudah belanja sih. Soalnya tidak usah daftar member, kenal sama member untuk beli produknya, dan well, semua kontrolnya ada di kita. Mau beli apa, berapa, kirim ke mana, saya tinggal klik dan isi. Bahkan kalau kita tidak kenal siapa-siapa, tinggal centang boks "bantuan referensi" kita bisa mendapatkan nama member random untuk jadi referensi kita. Lalu, buat saya sih yang terpenting adalah CNI terima pembayaran transfer bank haha. 


Kalau belanja online senang di gadget daripada di desktop. 
Untung web Gerai CNI sudah mobile friendly juga.

Apa lagi yang berubah? Hm... hubungan saya dan Dudu juga berubah. Dulu kita bisa sharing 1 sosial media: 1 twitter dan 1 instagram. Tapi di ulang tahunnya yang ke-10 kemarin Dudu jadi punya instagram sendiri. Yang tadinya ikut saja apa yang diposting Mama, sekarang jadi punya suara sendiri. Okelah masih saya yang memantau juga, tapi tetap saja Dudu yang menentukan apa yang mau dia upload.

So, let me sum up my social media experience with a story. Kemarin saya nonton film Korea judulnya "Hyeong", kalau diterjemahin artinya kakak laki-laki. Di film ini si adik yang seorang atlet nasional kehilangan tujuan dan semangat hidupnya setelah menjadi buta karena kecelakaan saat pertandingan judo. Si kakak adalah seorang tahanan yang menggunakan kecelakaan si adik untuk bebas bersyarat. Kakak dan adik yang tidak akur ini terpaksa hidup serumah lagi dan belajar mengenal satu dengan yang lain. Dari si Kakak yang selalu positif thinking ini, si adik belajar menemukan hidupnya kembali lalu kembali ke dunia judo, sementara si kakak menemukan arti hidup lebih dari sekedar punya uang ketika mengurus adiknya yang buta.

Sebuah perubahan yang mendadak dan tidak kita mengerti bisa membuat kita berhenti melakukan sesuatu. Saya dan sosial media juga begitu. Tapi sesuai kata si Kakak, bahwa ada beberapa hal yang memang sudah takdirnya begitu, dan mau tidak mau kitalah yang berusaha menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi, membuat perubahan jadi "teman" yang bisa memberikan kekuatan.

6 comments:

  1. Wah, Kak Ani Berta memang nggak pernah berhenti untuk memberi ilmu bermanfaat. Jadi penasaran sama content plannernya beliau, kayak apa ribetnya ya di mata saya.. hehe. Tapi ini nice post, kak. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya memang Kakak yang satu ini sibuk bener tapi semuanya teratasi dengan baik. Makanya jadi idola saya hehe.

      Delete
  2. Terima kasih sudah hadir di acara ini Mba.
    Semoga bermanfaat ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Teh. Aku senang bisa hadir dan dapat ilmu baru.

      Delete
  3. Dulu aku suka makan produk cni loh. Masih ada ya? Kangen sun corellanya, wangi2 parfumnya,sampek balsem aja beli d cni :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku palingan beli vitamin-vitamin aja Mba di sini hehe. Masi ada dong.

      Delete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.