22 July 2016

Kumpulan Cerita Kreatif Kita

Pertanyaan yang sering muncul ketika saya melihat anak belasan tahun sudah berprestasi adalah: “saya ngapain saja umur segitu?” Sekarang saya dihadapkan dengan anak pra-remaja, umur Dudu sudah 2 digit lho, dan mungkin saya harus mempersiapkan anak ini untuk jadi remaja kreatif. Caranya?

Waktu SMA dulu saya pernah bikin tabloid gossip dong. Yang digambar layout, ditulis tangan, difotokopi dan disebarkan ke satu angkatan. Kolaborasi sama teman yang bisa gambar kartun. Gosip kakak kelas, adik kelas, gosip guru, gosip pengurus yayasan sekolah, pokoknya semua kena jadi bahan. Tapi tidak berlangsung lama karena saya capek buatnya manual, meski penulisannya juga sudah dibantu teman. Fotokopinya juga repot.

Jaman sekarang Dudu lebih enak. Katanya dia mau jadi pemain walkthrough di Youtube. Sekarang juga anaknya sudah sering minta masuk video sedang menjelaskan objek wisata. Sayangnya, sama seperti si Mama dulu, kita tidak punya sumber daya yang memadai (maksudnya kamera dan mic) untuk membuat video yang bagus. Jadi kreativitas Dudu sebagai Vlogger berhenti di rekaman standard yang menjamur di hard disk komputer Mamanya.

Dari hobi nulis, jadi ikut lomba dan masuk booklet salah satu susu formula
Jaman SMP, saya juga sering menulis dan mengirimkannya ke majalah sampai dimusuhi teman sebangku. Soalnya dia kira dongeng yang dimuat di majalah sekolah itu terinspirasi dari perseteruan kita beberapa hari sebelumnya. Sebenarnya memang iya. Kan ide bisa datang dari mana saja ya, dan sebagai penulis kita bebas menentukan sudut pandang. Bebas dong siapa yang jadi serigala dan siapa yang jadi domba di fabel tulisan saya itu. Untungnya kita sudah baikan ketika si teman mau pindah sekolah.

Mungkin itu hal ter-kreatif yang pernah saya lakukan ketika remaja. Dan gara-gara itulah saya jadi cinta sama yang namanya menulis. Disuruh 1 halaman folio, essay saya luber sampai ke lembar berikutnya. Saya sampai berdebat dengan guru Bahasa Indonesia bahwa tulisan yang belum selesai itu harus dilanjutkan sampai tamat meskipun panjangnya melebihi ketentuan. Kebiasaan ini saya bawa sampai sekarang dan saya jadi repot kalau ada pembatasan jumlah kata dalam sebuah lomba atau postingan. Kalau tulisan lepas bebas seperti yang ini bisa sekali jadi, tulisan yang memberikan batasan jumlah kata harus 2-3 hari karena selesai saya tulis, saya diamkan dulu baru kemudian diedit.

Jaman Dudu remaja besok, pasti sudah bukan menulis lagi. Meskipun Dudu senang membuat cerita, tapi dia tidak suka duduk mengetik terlalu lama. 1-2 paragraf habis itu dia bosan. Tapi kalau disuruh bicara, dari matahari terbit sampai terbenam dijamin belum selesai. Ceritanya selalu tentang game, jadi Dudu saya masukkan kelas coding. Okelah kalau dia malas menulis yang terlalu panjang, tapi kalau belajar coding dia betah duduk manis mengotak-atik hingga gamenya jadi sesuai keinginan dia. Jadi mungkin ketika dia remaja kelak, dia bisa menuangkan kreativitasnya dengan game.

Ini buatan Dudu (dan saya) lho.
Oh, ada satu lagi yang terlewat. Once upon a time, saya bercita-cita mau jadi fashion designer. Ya macam Tex Saverio begitu. Tapi saya tidak bisa menggambar, mewarnai dan hanya bisa membayangkan ide-ide di kepala. Saya suka membuat tambahan baju sendiri untuk boneka kertas bahkan menjahit baju barbie dari kain perca. Lalu suatu hari saya ikut lomba desain baju barbie dari Toys R Us dan entah bagaimana saya dapat juara 3. Senang memang, meskipun ketika melihat hasil karya juara satu, saya langsung hilang mood menggambar. Soalnya sementara saya hanya pakai pensil 2B dan pensil warna biasa, si juara satu sudah pakai spidol emas dan perak yang saat itu tidak terbeli oleh saya. Sedih juga rasanya seperti kalah modal dan usaha, bukan kalah kreativitas.

Sampai di sini saya jadi berhenti sejenak. Tenyata ada toh yang saya hasilkan ketika remaja dulu. Ada juga hasil kreativitas yang bisa diceritakan dan dibanggakan, meskipun tidak harus ditiru si Dudu. Agak bertanya-tanya juga kok saya malah sibuk aneh-aneh bukannya pacaran ketika remaja dulu? 

Pas punya anak jadi senang scrapbooking
Last but not least, let me end this creativity rambling with a story. Jadi ketika saya mengikuti ujian kenaikan kelas saat SMP, guru penjaganya bukan dari SMP saya. Tapi tukaran dengan guru dari SMP lain. Ujian ini diberikan waktu pengerjaan dan murid yang sudah selesai tidak boleh keluar kelas. Harus menunggu sampai waktunya habis. Jadilah karena saya bosan, saya mulai membawa setumpuk kertas origami ke dalam kelas, yang kemudian disita guru penjaga. Ketika saya sudah selesai mengerjakan ujian, saya hampiri guru penjaga, saya tukar kertas ujian saya dengan kertas origami. Bisa ditebak kalau sisa waktu ujian itu dihabiskan dengan membuat burung, bunga, kupu-kupu dan segala macam bentuk yang bisa saya hafalkan lipatannya. Kreatif mengisi waktu daripada bengong menunggu bel tanda waktu habis berbunyi.

Pantesan sekarang si Dudu juga suka aneh-aneh. Ternyata saya dulu juga macam-macam kelakuannya.

4 comments:

  1. wahhh aku juga bisa mraktekin hal yang sama buat si abang dan kakak di rumah ya Ruth. Thanks for the article, yah...

    ReplyDelete
  2. aku selalu bikin album foto xD setiap kegiatan apa gitu. jalan-jalan, ulang tahun pertama dll. jadi bisa dilihat2 pas dicek ternyata banyak ya :v

    mba aku mau donk pdfnya atau foto koran yanga ada aku dan raffi nyempil xd

    ReplyDelete
    Replies
    1. Disimpen online kali ya jadi bisa akses dari mana-mana. Oke sipp Mba, aku lagi mintain dari org designnya nih.

      Delete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.